Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pot Kembang Telang

13 Juni 2024   05:13 Diperbarui: 13 Juni 2024   07:34 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalau biasanya aku mempersiapkan perlengkapannya seperti kemeja, celana panjang, sepatu, dan lain-lain, sejak pulang dari Batu secara perlahan aku mengundurkan diri dari tugas dan kewajiban itu. Awalnya dengan dalih sibuk saja, akhirnya kulihat dia bisa melakukannya sendiri tanpa bantuanku. Mungkin dia tidak menyadari mengapa aku berubah, tetapi aku tidak pernah membahasnya. Cukuplah aku yang mengetahui rahasia itu, selain tentu saja Tuhan.

Kini, Mas Dika tampak bisa lebih mandiri. Bahkan, kulihat sebelum berangkat disempatkannya menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuh. Hal yang tidak pernah dilakukannya sebelum ini. Ketika aku sengaja menghindar, dia juga tidak mempermasalahkan. Mungkin, karena di hatinya sudah ada orang lain yang mengisi. Sementara aku hanya menunggu waktu.

Menunggu waktu? Ya, kalau wanita itu memang hamil artinya waktunya aku pergi. Bagaimana kalau tidak? Ya, aku akan tetap menggugatnya. Sambil menunggu surat dari pengacara tentang harta yang kumiliki sebab memang rumah dan kendaraan tersebut kubeli atas namaku. Jadi, aku hanya ingin memastikan saja bahwa aku tidak membawa tangan kosong setelah perpisahanku dengannya.

***  

Suatu sore, aku sedang bersama Bonita menikmati kopi di sebuah kafe. Kuceritakan panjang lebar kepadanya permasalahanku. Bonita terhenyak.

"Lis ... jadi ... dua bulan ini kamu menyimpan sendiri deritamu ini?" netranya menyelidik permukaan wajahku. 

Aku hanya mengangguk perlahan.

"Lalu ... apa rencanamu?"

"Entahlah ... apakah aku menunggu berita kehamilan wanita itu, bertahan menunggu, ataukah akan aku gugat sekarang. Jujur aku bingung, tetapi aku sudah tidak ada rasa apa pun. Aku jengkel, marah, sedih, malu, benci ... malas jadinya hendak berkomunikasi dengannya!"

"Ya, aku tahu ... lalu apa yang bisa kubantu, Lis?"

Aku hanya menggeleng keras, "Doakan saja semua berjalan sesuai kehendak-Nya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun