Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pot Kembang Telang

13 Juni 2024   05:13 Diperbarui: 13 Juni 2024   07:34 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jangan. Nanti kurang istirahat. Ikut menginap sajalah di sana. 'Kan sudah ada fasilitas, to?"

"Iya sih ...," lirihku.

Packing segera kulakukan agar tidak ada barang ketinggalan. Harus kupersiapkan jauh hari mengingat kesibukanku di kantor. Jika tidak segera ditata, alamat bisa terlupa.

Pada hari H, aku langsung berangkat berkendara sendiri karena ada seorang teman wanita yang ikut nebeng. Tidak jauh juga jarak dari rumah. Sekitar dua puluh kilometer saja. Hanya,  karena kota tersebut kota wisata, kondisi week end selalu padat merayap. Pilihan jalan alternatif sangat diperlukan apalagi teman tersebut hafal dengan jalanan tikus mengalahkan GPS canggih. Karena itu, aku sangat nyaman berkendara dengannya.

Teman wanitaku ini juga merupakan teman sejak sekolah lanjutan atas sehingga kami berdua layaknya saudara. Tidak ada rahasia di antara kami dan  sepakat rahasia kami tersebut tidak akan tersebar ke mana pun. Kami bukan tipe wanita bocor mulut.

Anehnya, kami berdua memiliki masalah keluarga hampir sama. Bonita, belum dikaruniai momongan karena beberapa saat lalu angkat rahim. Ada kista yang mengharuskannya mengikuti saran dokter untuk operasi angkat kandungan. Mas Ageng, suaminya, tidak berkeberatan asal nyawa istri tersayang tertolong. Lebih baik mengadopsi anak dari panti, daripada kehilangan belahan jiwa katanya.

Aku pun sama. Setelah tiga tahun menikah, belum ada tanda-tanda hadirnya buah hati. Ya, sudahlah. Segala daya upaya sudah kami lakukan, tetapi Tuhan belum mempercayakan titipan-Nya kepada kami.

***  

Setelah sesi materi disampaikan narasumber, kami diizinkan bertanya jawab. Namun, otakku sudah jenuh. Aku ingin segera merebahkan diri di pembaringan saja mengingat sejak pagi sudah full time bekerja nonstop. Kucolek Bonita dan kubisikkan bahwa aku hendak ke toilet. Aku berjanji tidak akan mengunci pintu penginapan dari dalam.

Udara dingin kota wisata ini cocok sekali untuk segera mengantarku ke alam mimpi. Akhirnya tidak kutahu pukul berapa Bonita menyusulku ke kamar penginapan. Yang kutahu, sekitar tengah malam aku terbangun. Ketika hendak kuselesaikan tugas membuat cerita pendek, ternyata aku lupa tidak membawa HD eksternal, tempatku menyimpan data.

Terpaksalah aku mengerjakan ulang, cerpen kesekian untuk kumpulan cerpen buku solo bertema wanita yang siap kukirim ke penerbit akhir bulan ini. Tiba-tiba terlintaslah ide khayalku tentang penderitaan seorang wanita yang belum dikaruniai momongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun