Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pot Kembang Telang

13 Juni 2024   05:13 Diperbarui: 13 Juni 2024   07:34 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku penasaran. Karena itu, aku sengaja tidak kembali ke kantor dulu, kutunggu sampai yang dipanggil Mas Dika itu datang. Jangan-jangan, dia suamiku! Aku mencari tempat paling aman sehingga tidak akan diketahui oleh pasangan tersebut.

Sekitar setengah jam kemudian, Mas Dika suamiku datang tergopoh-gopoh sambil menelepon seseorang. Ternyata ... wanita yang menyebut diri Inung tadilah tujuan Mas Dika. Dia sama sekali tidak melihatku karena perhatiannya tertuju kepada wanita itu.
Untuk yang kedua kalinya, aku bagaikan robot kehilangan tenaga. Melihat adegan mesra mereka bagaikan halilintar di siang bolong menyambar ragaku!

Diciumnya pucuk kepala wanita itu, dipeluk erat, dan dieluslah perutnya yang masih rata. Di depan banyak orang tentu saja!

"Ya, Allah ... kayaknya ... sudah saatnya aku menyelesaikan masalah ini!" senandikaku sambil menuju kendaraan.

Aku meluncur ke kantor, tetapi netra ini tidak bisa diajak berkompromi. Akhirnya, kualihkan tujuan. Aku pulang ke rumah dengan mengirimkan izin kepada atasan melalui Whats App.

Tidak butuh waktu lama, aku kirim pesan kepada Mas Dika memberitahukan bahwa aku sedang di rumah karena sakit perut. Mas Dika menyanggupi, sebentar lagi akan pulang.

Sesampai di rumah, aku duduk di pembaringan. Ketika suami datang, aku mengemukakan jujur cerita yang kuketahui dan kupendam selama ini. Kini saatnya, aku memintanya untuk meninggalkan aku dan membersamai wanita yang sudah hamil tersebut.

Awalnya, Mas Dika kaget dan hendak berkelit, tetapi aku tidak memberinya kesempatan sedikit pun. Intinya, secara halus kuminta Mas Dika meninggalkan aku. Aku tidak mengusir, tetapi semua kulakukan demi janin yang ada di dalam kandungan wanita itu.

Aku meminta lepas dari ikatan sah yang selama tiga tahun ini berjalan. Semua asset yang memang pembelianku, tidak kuizinkan dibawa. Sesuai perjanjian pranikah karena Mas Dika yang bersalah, dia tidak bisa tidak harus meninggalkanku begitu kasusnya terbongkar.

***  

Hampir setahun telah berlalu. Aku tidak pernah menghubungi Mas Dika lagi. Entah bagaimana kabarnya, aku tidak ambil pusing. Apalagi suara dari pihak mertua tentangku yang memvonisku mandul. Aku sudah terbebas dari beban itu. Biarlah, apa pun yang terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan saja. Aku ini hanya wayang. Bagaimanapun tergantung oleh kuasa dan otoritas sang dalang. Dengan demikian, aku merasa tenang, damai, dan sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun