Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pot Kembang Telang

13 Juni 2024   05:13 Diperbarui: 13 Juni 2024   07:34 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga bulan berlalu, tidak ada berita bahwa Mas Dika memiliki seorang anak dari wanita yang diajaknya ke rumah. Namun, Mas Dika selalu tampak perlente ketika keluar dari rumah. Malam hari, entah pukul berapa dia pulang, aku sudah tidak menggubrisnya lagi. Aku tidur seperti biasa di kamar kami, tetapi sengaja tidak memberi celah untuk bisa berbaik-baik dengannya. Bahkan, lebih sering aku tertidur di kamar kerja daripada di kamar pribadi.  

Aku tidak pernah menanyakan kepadanya perihal wanita itu. Justru aku berpura-pura tidak mengetahuinya. Mungkin terlalu lama peristiwa tragis itu kupendam, tetapi aku memang masih menunggu surat kepemilikan dari pengacara dan notarisku.

Bangkai yang dibungkus pun pasti akan ketahuan, itu prinsipku. Biarlah waktu yang membuktikan segalanya, jangan aku. Aku berniat akan tetap diam sejuta bahasa.

***  

"Bu Lisa ... minta tolong untuk mengantar Neti, siswa kelas sembilan ke rumah sakit secepatnya, sementara kami akan menghubungi keluarganya," kepala sekolah tergopoh-gopoh memintaku agak memaksa.

"Baiklah, Bu. Saya berangkat sekarang!"

Petugas PMR membawa Neti ke kendaraanku ditemani salah satu siswa perempuan teman dekatnya. Akan tetapi, aku meminta dua orang siswa perempuan sehingga kalau mereka kutinggal masih ada teman. Karena pikirku aku hanya nge-drop saja setelah itu kutinggal ke sekolah. Dua anak nanti akan kujemput kalau keluarga Neti sudah ke rumah sakit. Mereka berdua kuminta membawa HP agar bisa kami hubungi. Akhirnya, selain Neti si pasien, aku mengajak Sofia dan Inay besertaku.

Ketika tiba di rumah sakit, kami berpapasan dengan seorang gadis manis yang wajahnya sangat familier denganku. Akan tetapi, aku lupa siapa sehingga tidak menyapanya.

Berada tidak jauh denganku, gadis itu sedang menelepon seseorang. Rupanya sangat bahagia terbukti dengan senyum yang merekah ceria.

"Mas Dika ... Inung hamil!" teriaknya menyita perhatianku.

"Iya Mas ... jemput Inung, ya ... kita rayakan ... Inung pingin makan karena tadi belum sempat sarapan. Mual terus sih ... Mas. Mas Dika kutunggu di sini ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun