Mohon tunggu...
Rieke NurulGarini
Rieke NurulGarini Mohon Tunggu... Duta Besar - Pelajar SMAN 1 Padalarang

Laa tahzan innallaha ma'ana

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Traumaku

2 Februari 2020   19:22 Diperbarui: 2 Februari 2020   19:27 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggil aja aku Keysha. Seseorang yang sedang terbelenggu diantara 2 cinta. Cinta yang sudah lama kutanam, dan cinta yang sudah lama ku nanti. Rio, adalah cowok ter ngeselin yang pernah aku kenal. Sebelumnya aku gak pernah berpikiran untuk bisa berhubungan dengan dia, secara kita adalah sahabat dekat. Saking dekatnya, kita saling bertukar cerita apapun itu topiknya.

"Sha, kemarin aku ulang tahun." 

"Ya aku juga tahu kali, lagian kenapa emang?"

"Kalo kamu tahu, kenapa kamu gak ngucapin? Tapi udahlah lagian aku mau cerita yang lain. Kamu masih inget gak Fira yang aku ceritain kemarin?"

"Kamu kan gak penting hahaha. Oh dia, kenapa lagi?"

Bel masuk pun berbunyi, menandakan bahwa waktu istirahat telah selesai. Kebiasaan burukku muncul, dimana ketika ada orang lain yang sedang cerita tapi waktunya gak mendukung ya udah, aku tinggalin. Orang bilang sih aku ini diem diem rese. Hufft.

Tapi.. Setelah dipikir-pikir kasian juga sih Rio, aku tinggalin ketika dia baru mau mulai untuk cerita, terpaksa deh aku harus chat dia sepulang kuliah. Padahal males banget dengerin orang bucin, mending tidur ya kan.

"Yo, kamu udah pulang? Btw sorry ya aku tadi langsung masuk kelas pas kamu mau cerita. Lagian dosennya killer sih aku gak berani telat masuk kelas. Kamu mau cerita apaan emang Yo?" 

Kira kira begitulah isi chat ku, geli juga sih aku harus jelasin soal peristiwa tadi yang sebenernya gak penting juga. Tapi berhubung Rio itu sahabat baikku jadi aku coba untuk paksa dia cerita lagi deh. 

3 jam lamanya aku menunggu balasan chat Rio. Dan ternyata dia balas chat ku sekitar pukul 23:00. Gila itu sih waktu waktunya enak tidur, mungkin kalau di analogikan sepertinya itu waktu ku untuk bermimpi yang indah, mimpi bertemu jodoh orang Turki misalnya.

"Sorry baru bales, baru niat sih lebih tepatnya hahaha. It's okay santai aja kali Sha, kayak baru kenal aja. Ya jadi kemarin tuh waktu aku pulang futsal, Fira tiba tiba ada di depan parkiran. Dan itu banyak banget temenku woy. Dia kasih aku bolu, tapi gak tau kenapa rasanya biasa aja gitu."

Aku, adalah orang yang trauma oleh yang namanya cinta. Saat lihat isi chat dari Rio rasanya udah males, ya udah aku lanjut tidur. Kalau menyangkut masalah dia kayaknya aku siap deh 24 jam sama seperti dia selalu siap siaga. Tapi kalau menyangkut kebahagiaan apalagi tentang cinta aku gak akan terlalu dalam ikut campur. 

Beberapa hari selanjutnya, aku dan sahabatku berniat untuk berlibur ke suatu tempat yang sangat indah. Disana aku bisa melewati hutan, dan diujung akan disajikan pemandangan yang sangat indah dengan danau dan lingkungan yang bebas dari polusi.

Ntah apa namanya ini, ketika Rio membantuku turun untuk melihat danau secara langsung perasaanku menjadi tak karuan. Tapi aku mencoba mengabaikan rasa itu. Tak terasa langit mulai sedikit gelap, dan benar, hujan turun. Kami bingung harus neduh dimana, karena tempat peristirahatan lumayan jauh dari lokasi kami. 

Ketika kami sibuk memikirkan bagaimana caranya agar cepat sampai ke tempat peristirahatan, Rio sibuk mengeluarkan jaket anti airnya dan minum air hangat di tasnya. Kaget memang, ketika dia memberiku jaket untuk kukenakan dan air untuk kuminum. Lagi lagi aku abaikan perasaan ini. Sedangkan sahabatku seperti sudah mengetahui apa yang ada diantara aku dan Rio.

"Sha, kenapa sih kamu gak peka banget? Keliatan tau Rio deketin kamunya." kata Reka

"Apa sih kok? Mana mau aku sama dia, dia juga gak bakal mau sama aku. Gebetan dia tuh cantik cantik kok."

"Jadi menurut kamu, kamu gak cantik? Dan kamu ganteng? Pantes kelakuan kamu kayak laki, galak!!" Ujar Joni dengan candaannya.

Kami menutup mulut ketika Rio hendak mendekat ke arah kami. Sedangkan aku, tetap memikirkan perkataan mereka yang menurutku, antara iya atau tidak sih jawabannya. Aku terlalu berprasangka buruk, berpikir bahwa gak mungkin ada orang yang mencintaiku dengan tulus, karena yang sudah sudah juga begitu 

Setelah hujan reda, kami bergegas mencari kendaraan umum untuk pulang kerumah masing-masing. Untungnya, ada satu angkot yang kosong, jadi cukuplah untuk kami yang kira-kira 8 orang adanya. 

Sesampainya dirumah..

"Sha? Udah tidur?"

Iya, itu adalah pesan WhatsApp yang Rio kirim untukku. Perasaan kaget, dan aneh juga. Jarang jarang Rio chat seperti itu, ah mungkin karena dia gak tahan pingin cerita. Lagi lagi pikiranku negatif tentangnya.

"Belum, kenapa emang? Tumben amat kamu. Kalau mau cerita langsung aja gak udah basa basi."

"Weisss galak amat nih cewek, kagak. Aku gak bakal cerita. Gimana nih tadi? Seru ga menurut kamu? Btw, kamu udah makan apa belum? Aku tawarin makan tadi gak mau. Dasar malu malu kucing."

"Apaan dah, lebay amat pertanyaan kamu. Buat aku males jawab. Udah ah, aku mau tidur, byeee."

Memang balasanku itu sedikit membuat orang kesal. Itu karena aku mau memalingkan pikiranku. Jangan sampai perasaan dulu terulang lagi, aku terlanjur menaruh rasa pada seseorang yang memberi perhatian lebih terhadapku. Dan orang itu gak bisa bertanggung jawab, mungkin karena salahku juga, terlalu berharap dengan makhluk-Nya.

Balasan aneh, yang kutunggu tunggu. Aku membalas seolah olah chat dia itu gak penting. Tapi nyatanya, beberapa menit lamanya aku diam menatap chat room ku dengan Rio berharap centang dua yang bergaris biru itu gak menjadi akhir dari chat kita. Akupun berharap last seennya yang online itu berubah menjadi "sedang mengetik pesan" duhh.. Apasih?

Tepat pukul 02:00 am, aku terbangun.. Hanya karena ingat pesan dari Rio. Sebuah harapan penuh untukku ketika aku membuka handphone terdapat pesan dari Rio. Setelah dilihat, arghh.. Ternyata gak ada, padahal dia beberapa jam yang lalu membuat insta story. Sedikit nyesek, dan juga nyesel. Nyesek kenapa dia gak balas chatku? Kenapa chatku hanya di read doang? Tapi di sisi lain aku juga nyesel. Kenapa aku harus bales jutek? Padahal aku butuh chat seperti itu, darinya.

Besok, adalah hari Minggu. Otomatis aku gak pergi ngampus. Dan itu artinya, aku gak bakal lihat Rio. Aku gak bakal lihat reaksinya, apakah dia bakal marah sama aku atau enggak. Masa sih harus aku chat duluan? Nanti dia malah berpikir yang aneh aneh lagi. Dihh, enggak deh.

Keesokan harinya..

"Selamat pagi anakku, kenapa belum bangun? Tadi sholat shubuh gak?" tanya ibuku

"Hwaaa (kucek mata). Eh ibu, aku lagi halangan bu, maafin aku ya semalem tidurnya telat jadi jam segini baru bangun."

"Iya sayang gak apa apa, lagian mungkin kemarin kamu kecapean kan udah main sama sahabat kamu itu."

Ibuku, pengingatku. Muncul dibenakku nama Rio, dan bayangannya. Lagi lagi aku teringat chat kemarin. Duh.. Kenapa harus berlarut larut sih penyesalannya? Padahal kan itu caraku agar memalingkan perasaanku. 

Salah satu cara agar aku lupa hal itu adalah, menugas. Aku kerjakan semua tugas bahkan yang deadline nya aja masih sekitar 1 bulanan lagi. Lumayan menguras waktu dan tenaga, sampai aku tertidur pulas tanpa kebangun seperti kemarin lagi.

Triiinggg..

Alarm ku berbunyi, kulihat waktu menunjukkan pukul 03:33. Waktuku untuk menjalankan aktivitas seperti biasanya. Hari Senin, waktunya untuk memulai kembali. Berangkat pagi, pulang sore. Setidaknya aku tidak akan merasa seperti orang bodoh lagi, memikirkan balasan chatku terhadap Rio.

Sesampainya dikampus, terlihat Rio sedang ada di taman. Haduh, mana kelasku lewat situ lagi. Terpaksa aku buru buru putar balik untuk mencari jalan lain. Tapi...

"Sha!" teriak Rio

Aku kaget, jalanku terhenti, aku takut lihat ekspresinya yang seperti macan. Seraam! Aku menghampiri Rio, sambil cengar cengir.

"Apa yo?" jawabku dengan ekspresi takut

"Kamu kayak gak kenal aja dah. Lewat gak nyapa, malah mau balik lagi."

"Hehe iya sorry, aku buru buru. Ada yang ketinggalan soalnya."

"Apa yang ketinggalan?" tanya Rio dengan wajah mengejek

"Balasan chatmu (dengan tidak sadar aku melontarkan kata kata itu, dan aku hanya bisa tutup mulutku) eh enggak, maksudku..."

"Oalah.. Aku jadi keingetan perihal chat kemarin, kamu jutek amat sih. Sorry ya aku ga bales lagi, takut ganggu kamu soalnya."

"Ganggu apa coba? Daripada cuman di read doang, bikin orang kepikiran aja."

"Cie, jadi dari kemarin kamu mikirin aku? Ah so sweet banget sih!"

"Apaan sih, aku takut kamu marah aja, kan marah kamu itu udah kayak macan lagi kelaparan. Serem pokoknya." jawabku sambil mengalihkan pembicaraan

Tanpa basa basi lagi, aku langsung tinggalin Rio. Udah kepalang malu, pake keceplosan lagi tadi. Ah udahlah, saatnya masuk kelas dan melupakan hal yang terjadi sebelumnya. Itu gak penting.

Ketika istirahat, seperti biasa aku bersama sahabatku nongkrong di kantin bu Lilis, termasuk Rio. Mereka semua udah ngumpul, tinggal aku sendiri yang belum gabung. Bahkan, tadinya aku gak bakal ikut nongkrong dulu untuk hari ini, karena aku tahu disana bakal ada Rio.

"Eh kamu, kemana aja dah? Beberapa menit lagi masuk baru nongol." kata Joni

"Iya, udah punya kawan baru ya?" sahut Dandi

"Ssst, apaan sih kalian. Omongannya jaga lah." jawab Reka membelaku

Seketika Rio menyiapkan kursi untukku, semua mata tertuju padaku. Ah, sungguh memalukan. Aku gak tau harus apa, disatu sisi aku malu menjadi pusat perhatian, di sisi lain aku bahagia Rio kayak gitu.

"Alah, sepertinya Tom and Jerry yang satu ini bakal jadi sepasang sejati ya? Cocok banget keliatannya." Ejek Rina

"Apaan sih Rina, jangan mulai deeh." jawabku

Sesampai dirumah, ternyata hal yang aku bayangkan kemarin sama sekali gak sesuai dengan kenyataan. Rio gak nunjukin kecewa sama aku. Dia tetap bersikap baik dan seperti Rio yang aku kenal.

"Sha, boleh aku ketemu? Pengen tanya tugas Matematika nih."

Pesan whatsApp yang mengejutkanku, ternyata dari Rio. Entah mengapa, aku seperti bahagia mendapat pesan darinya.

"Boleh, sini aja kerumah. Bawa temen yang lain ya, jangan sendiri!"

Gak butuh waktu lama untuk menunggu Rio, kurang lebih sekitar 12 menit aku menunggunya. Ternyata, dia datang bersama Joni dan Reka. Oke deh, aku jadi lega karena dia gak dateng sendiri.

"Boleh kita masuk?" tanya Rio

"Bolehlah, sini Kok kamu sama aku."

"Aku juga mau sama kamu." jawab Rio

Jawaban dia menghentikan niatku untuk duduk di sofa. 

"Bercanda terus kamu."

Aku bergegas pergi membawakan minum dan cemilan untuk mereka. Ternyata, Rio mengikutiku ke dapur.

"Ih mau apa?"

"Sini aku bantu, udah kamu kesana aja biar aku yang bawa ini semua."

"Eh gak usah, ini kan kewajibanku sebagai tuan rumah."

"Kamu tepat sekali."

"Tepat apa?" sambil membuat jus jeruk.

"Tepat untukku jadikan kekasih, karena kamu adalah orang yang aku cari selama ini."

"Apaan sih kamu jadi mendadak puitis, jangan banyak bercanda deh."

"Aku serius Sha."

Rio, orang yang jarang banget serius kini wajahnya menjadi Rio yang berbeda, dia menatapku dengan serius, tanpa tersenyum sedikitpun.

"Aku udah lama mendam perasaan buat kamu, soal ceritaku tentang cewek lain, itu hanya caraku agar bisa komunikasi dengan kamu aja." sambung Rio

"Benarkah?"

"Soal perasaan aku gak akan main main Sha, jadi gimana? Kamu udah 2 tahun mengenalku. Kamu udah tau latar belakangku, sifat baik dan burukku kamupun sudah tau, aku ingin kamu jadi kekasihku."

Aku hanya bisa tersenyum, sebagai tanda bahwa aku mempunyai rasa yang sama terhadap Rio. 

"Apakah arti senyumanmu itu jawaban iya, kamu mau?"

"Menurutmu?" jawabku dengan malu

Kurasa itu sudah cukup untuk memastikan perasaan kita berdua. Aku masih bersyukur, karena dapat merasakan indahnya mempunyai rasa yang sama dengan orang yang kucintai. 

 "Udah, kita kasih makanan ini yuk. Kasian takutnya mereka lapar Sha."

"Termasuk kamu? Hahaha." candaku

Wajah penantian dari Joni dan Reka, adik kakak yang gak ada mirip miripnya. Mereka seperti menunggu makanan selama 2 hari. Lemes banget keliatannya.

"Lama banget sih, apa karna ada acara tembak menembak dulu?" kata Joni

"Gimana Yo, lancar kah?" sambung Reka

"Maksudnya? Jadi kalian udah tau?" tanyaku dengan heran

"Hahahha maaf Sha." jawab mereka

Aku tau, mereka adalah sahabatku yang paling care terhadap aku dan Rio, mereka seolah olah mengamati kita. Sehingga ketika kita sudah jadian, mereka bener bener bahagia. Walau kini aku dan Rio sudah punya status pacaran, tapi tetap kita gak kayak orang pacaran. Ya kayak biasa aja sih layaknya sahabat, cuman mungkin lebih mempunyai perasaan 'memiliki'. 

Hari terus berlalu, semakin banyak orang yang mengetahui hubungan kita. Bahkan, apa yang belum aku tau tentang Rio sudah aku ketahui semuanya, begitupun Rio. Kita sama sama mengetahui, kegiatan apa yang masing masing dari kita sukai, makanan apa yang menjadi favorit kita, siapa teman dekat kita, dan masih banyak lagi.

"Kita kayak gak pacaran ya Sha, rasanya sama aja kayak dulu ketika sahabatan." kata Rio

"Iya Yo, udah kita gak usah mengikuti zaman, jangan terlalu lebay juga."

Dia, adalah orang yang paling mengertiku, selalu sabar menghadapiku. Aku dikenal oleh sahabat sahabatku sebagai cewek sensitif, dan moody-an. Hal kecil pun sekiranya membuatku gak nyaman, ya aku langsung badmood. Makanya, sahabat sahabatku kalau lihat aku sedang badmood, mereka gak berani mendekatiku. Ya seperti biasa, menunggu moodku balik. 

Terkadang ketika dalam kondisi itu, aku merasa lelah juga. Gak ada yang mencoba menghiburku, mencoba berusaha membuat moodku kembali. Akhirnya, aku hanya bisa menangis ketika ada masalah, karna menurutku hanya dengan menangis aku bisa sedikit tenang.

Tapi setelah aku berpacaran dengan Rio, aku gak pernah merasakan hal itu lagi. Ketika aku badmood, dia selalu berusaha menghiburku, walau gak mudah mengembalikan mood ku. Dia selalu sabar menghadapiku, bahkan ketika aku marah marah pun dia hanya diam, dan mencoba menenangkanku. Dia adalah orang yang benar benar sabar menghadapi ku, selain ibuku dan ayahku. Aku merasa bersyukur bisa menjadi kekasih Rio.

2 tahun lamanya kita menjalin hubungan, kita masih baik baik saja. Sedikit pertengkaran tapi hanya berlangsung sebentar. Dia masih Rio yang aku kenal.

Tapi setelah jalan 3 tahun, aku seperti menemukan suatu hal yang berbeda di diri Rio. Rasanya pun beda, dia yang dulu sabar, kini berani untuk memarahiku. Kami saling mempunyai cemburu yang besar, bahkan dalam hal kecil. Aku yang mempunyai sifat kekanak kanakan, moody-an akhirnya membuat dia risih juga. Dia gak segan segan untuk membentaku, bahkan kasar terhadapku. Argumen kita terhadap suatu hal selalu bertentangan juga. Hingga rasanya, hampir setiap hari kita bertengkar.

Lama kelamaan, sifat dia semakin berubah. Dia menjadi orang yang gak sabaran, bahkan sering membentaku. Hingga pada suatu hari, dimana kecewaku berada di titik tertinggi, ketika mengetahui dia telah mendekati sahabatku sendiri, Reka. Anehnya lagi, Reka meresponnya. Padahal dia tau, aku dan Rio sudah berpacaran cukup lama. Aku benar benar terpukul, rasa traumaku muncul kembali. Aku memutuskan untuk meninggalkan Rio, dan merelakan dia bersama Reka, walau Rio mencoba untuk menahanku.

Keesokan harinya...

"Sha, nih ada surat di mejamu." kata Joni

"Surat apa? Dari siapa?" jawabku

"Ya gak tau, buka aja. Surat cinta kali hahaha."

Aku hanya memasukan surat itu kedalam tasku. Dan fokus untuk mengikuti pembelajaran dihari itu. Sesampainya dirumah, ketika aku akan mengerjakan tugas, surat itu terjatuh. Dan menyadarkanku untuk membuka suratnya.

"Halo, Sha. Aku adalah penggemar rahasiamu, biarkan cinta ini tertanam tanpa tumbuh. Karna aku takut, ketika cinta ini tumbuh, ada orang yang mematahkannya."

Siapa orang itu? Kenapa kata katanya seakan tau bahwa aku pernah bersama Rio. Karna tak sedikit pula orang yang mengetahui putusnya hubunganku dengan Rio, secara tidak baik baik saja. Tapi aku penasaran terhadap orang itu. Dia siapa? 

Keesokannya, di pagi hari yang cerah, telfonku berdering.. 

Dan ternyata, Joni menelfonku.

"Sha, aku tau orangnya!" kata Joni

"Apa maksudmu?"

"Seseorang yang memberimu surat. Aku kasih tau nanti dikampus ya."

Sesampainya dikampus

"Sha, ini orangnya (sambil memperlihatkan fotonya) aku tau karna dia baru saja menyimpan suratnya di mejamu, kebetulan aku piket jadi aku berangkat lebih pagi."

"Oh oke, makasih Jon."

Aku hendak pergi ke kelas, dan ketika di perjalanan, aku melihat seseorang yang mirip seperti di handphone Joni. Aku memberanikan diri untuk mendekatinya.

"Kamu, yang kasih surat ini?" (menyodorkan surat kemarin)

"Ka.. Kamu, tau darimana?"

"Temenku yang lihat kamu simpan surat di hari ini."

"Maafkan aku, oh iya, kenalkan namaku Angga."

Aku hanya tersenyum, dan masuk kelas. Orang itu sudah tak asing lagi bagiku, aku sering melihatnya. Tapi aku tidak tau namanya. Dia orang yang baik menurut sepenglihatanku.

Ketika pulang ngampus, aku heran mengapa Angga berada di depan kelasku? Apa dia mau menghampiriku? Ah gak mungkin. 

"Sha, mau pulang bareng?" kata Angga

"Em.. Gak usah engga apa apa, aku pulang sendiri aja."

"Aku gak mau kamu sendirian, biar aku yang ambil alih posisi Rio."

"Loh, kok kamu tau?"

"Siapa yang gak tau hubungan kamu dengan Rio."

Kita pulang bareng, diperjalanan tiba tiba motornya terhenti, kukira mogok. Ternyata dia sengaja untuk mengajakku beli ice cream. 

"Kita kesini dulu ya, sambil ngobrol ngobrol sebentar."

"Iya boleh."

"Kenapa kamu bisa putus sama Rio?"

"Aku gak tahan Ga, dia selalu kasar sama aku. Ketambah dia ketauan mendekati sahabatku sekarang."

"Gila tuh cowok, cowok macam apa yang kayak gitu. Kasar sama cewek, kayak banci aja."

"Aduh udah gak udah bahas dia, aku udah males."

"Nama baik cowok jadi ancur tuh gara gara Rio Junaedi."

"Hahaha apa sih kamu, nama belakangnya bukan Junaedi ih."

"Udah kamu lupain dia ya, aku siap jadi penggantinya.

Aku hanya melanjutkan menyantap ice cream pemberiannya, dan mengabaikan perkataannya karna aku masih trauma.

Seiring berjalannya waktu, dia lah yang selalu antar jemputku. Kurang lebih dalam waktu 3 bulan kita selalu bertemu. Sikap polosnya, yang jarang aku temui di kebanyakan laki laki. Dia sangat cuek dengan beberapa wanita, kecuali aku dan ibunya. Aku rasa dia orang yang tulus, dia gak pernah neko neko. Dia sangat jarang menggombali ku. Tapi aku tetap nyaman.

Aneh sekali, dalam waktu 3 bulan aku seperti sudah mengenalnya selama beberapa tahun, dia sangat terbuka kepadaku. Bahkan dia sudah membahas masa depan bersamaku. Aku semakin yakin bahwa aku bisa melupakan Rio darinya. Tapi ketika kita bahagia, tiba tiba Rio muncul kembali. Dia juga ingin aku dapat kembali bersamanya. Sedangkan hatiku sekarang untuk Angga, pria sederhana yang membuatku nyaman dalam waktu singkat.

Aku selalu menolak Rio, akupun gak mau lagi berhubungan dengan Reka, karna tiap kali aku melihatnya, aku seperti melihat pengkhianatan mereka. Semakin sini Rio semakin gila mendekatiku lagi, dia bahkan rela memutuskan hubungannya dengan Reka karena ku. Tapi mau gimana lagi, aku sudah mencintai Angga. Tapi disatu sisi aku belum bisa melupakan Rio.

"Sha, kamu sama Rio aja ya, aku mundur." kata Angga

Deg,, perkataan itu yang membuat hari hariku terasa tidak berarti lagi. Kenapa semudah itu dia melepaskanku? Kenapa semudah itu dia menyerah? Kenapa sesingkat ini kisah kita?

Walau aku belum bisa melupakan Rio, setidaknya Angga yang dapat mengalihkan pikiranku dari Rio. Tapi sekarang dia pergi, dan aku seperti mati rasa. Gak ada yang bisa aku percaya lagi. Perihal Rio, dia bisa saja melakukan kesalahan yang sama suatu saat  nanti. 

Aku memutuskan untuk meninggalkan Jakarta, dan pindah ke Malang bersama kakek nenek ku disana. Kurasa itulah satu satunya cara agar aku lupa keduanya, seseorang yang berpacaran denganku 3 tahun, ataupun seseorang yang membuatku jatuh cinta dalam waktu 3 bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun