"Kenapa kamu bisa putus sama Rio?"
"Aku gak tahan Ga, dia selalu kasar sama aku. Ketambah dia ketauan mendekati sahabatku sekarang."
"Gila tuh cowok, cowok macam apa yang kayak gitu. Kasar sama cewek, kayak banci aja."
"Aduh udah gak udah bahas dia, aku udah males."
"Nama baik cowok jadi ancur tuh gara gara Rio Junaedi."
"Hahaha apa sih kamu, nama belakangnya bukan Junaedi ih."
"Udah kamu lupain dia ya, aku siap jadi penggantinya.
Aku hanya melanjutkan menyantap ice cream pemberiannya, dan mengabaikan perkataannya karna aku masih trauma.
Seiring berjalannya waktu, dia lah yang selalu antar jemputku. Kurang lebih dalam waktu 3 bulan kita selalu bertemu. Sikap polosnya, yang jarang aku temui di kebanyakan laki laki. Dia sangat cuek dengan beberapa wanita, kecuali aku dan ibunya. Aku rasa dia orang yang tulus, dia gak pernah neko neko. Dia sangat jarang menggombali ku. Tapi aku tetap nyaman.
Aneh sekali, dalam waktu 3 bulan aku seperti sudah mengenalnya selama beberapa tahun, dia sangat terbuka kepadaku. Bahkan dia sudah membahas masa depan bersamaku. Aku semakin yakin bahwa aku bisa melupakan Rio darinya. Tapi ketika kita bahagia, tiba tiba Rio muncul kembali. Dia juga ingin aku dapat kembali bersamanya. Sedangkan hatiku sekarang untuk Angga, pria sederhana yang membuatku nyaman dalam waktu singkat.
Aku selalu menolak Rio, akupun gak mau lagi berhubungan dengan Reka, karna tiap kali aku melihatnya, aku seperti melihat pengkhianatan mereka. Semakin sini Rio semakin gila mendekatiku lagi, dia bahkan rela memutuskan hubungannya dengan Reka karena ku. Tapi mau gimana lagi, aku sudah mencintai Angga. Tapi disatu sisi aku belum bisa melupakan Rio.