Mohon tunggu...
Nechin Rilus
Nechin Rilus Mohon Tunggu... Relawan - Aktivitis Kebenaran

Simple Life

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Relasi Aku dan Engkau dalam Pandangan Gabriel Marcel: Sebuah Analisis

16 Juli 2024   07:48 Diperbarui: 16 Juli 2024   07:50 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, perlunya komitmen untuk berkomunikasi secara autentik juga merupakan aspek penting dalam membangun relasi Aku dan Engkau. Komunikasi autentik tidak hanya berarti berbicara kebenaran tetapi juga melibatkan menyatakan perasaan, kebutuhan, dan keinginan dengan rasa hormat dan pertimbangan terhadap perasaan orang lain.

Ketiga, pentingnya keberadaan (presence) yang penuh dan tulus dalam hubungan. Menurut Marcel, kehadiran tulus seseorang dapat dirasakan dalam hubungan interpersonal, menciptakan lingkungan di mana kedua belah pihak merasa dihargai dan diterima. Kehadiran ini melibatkan tidak hanya fisik, tetapi juga emosional dan spiritual.

Penerapan ini juga terlihat pada hubungan antara keluarga, teman, dan pasangan. Misalnya, dalam hubungan keluarga, konsep Marcel menggarisbawahi pentingnya menjaga dialog terbuka dan memahami setiap anggota keluarga sebagai entitas yang memiliki nilai dan pengalaman sendiri. Pada pertemanan, dialog yang jujur dan kesediaan untuk mendengarkan akan memperkuat ikatan kepercayaan.

Di dalam hubungan romantis, konsep relasi Aku dan Engkau memberikan dasar bagi cinta yang otentik, di mana kedua pihak menghargai dan menerima satu sama lain sepenuhnya seperti adanya, tanpa menuntut perubahan yang menghilangkan identitas asli masing-masing. Dengan demikian, hubungan yang dibangun berdasarkan landasan ini cenderung lebih tahan lama dan memuaskan.

9.2. Aplikasi dalam Hubungan Internasional

Penerapan konsep relasi "Aku dan Engkau" dalam hubungan internasional menuntut pendekatan baru yang lebih personalis dan berpusat pada dialog. Gabriel Marcel menawarkan sebuah paradigma hubungan yang mengedepankan keotentikan, komitmen, dan pengakuan antara subjek sebagai landasan untuk interaksi antarnegara. Implementasi dari pandangan ini dalam diplomasi dan negosiasi internasional terutama berfokus pada beberapa aspek berikut.

Pertama, pendekatan dialog otentik dalam diplomasi internasional dapat berfungsi sebagai landasan untuk menciptakan hubungan yang lebih tulus dan saling menghormati antara negara-negara. Dalam dialog ini, setiap pihak tidak hanya memandang yang lain sebagai alat untuk mencapai tujuan nasionalnya, tetapi sebagai rekan sejajar yang memiliki martabat dan hak-hak yang perlu dihormati. Proses ini menekankan pentingnya keterbukaan, mendengarkan aktif, dan itikad baik dalam merespons kekhawatiran dan aspirasi pihak lainnya.

Kedua, komitmen untuk memahami perspektif lain. Dalam pandangan Marcel, memahami "engkau" sebagai subjek yang bermakna dapat mengurangi kecenderungan dehumanisasi dalam hubungan internasional. Hal ini berarti bahwa negara-negara harus berusaha untuk melihat isu-isu internasional dari sudut pandang negara lain, memperhitungkan sejarah, budaya, dan kondisi sosial-ekonomi yang mempengaruhi tindakan dan keputusan mereka.

Ketiga, penerapan prinsip-prinsip moral dalam hukum internasional. Marcel menekankan pentingnya nilai-nilai moral dalam membangun relasi yang otentik. Dalam konteks ini, negara-negara diharapkan tidak semata-mata berpegang pada kepentingan nasional yang sempit tetapi juga memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, kemanusiaan, dan tanggung jawab global. Penegakan hak asasi manusia dan penyelesaian konflik melalui cara damai adalah contoh konkret dari penerapan moralitas dalam hubungan internasional.

Keempat, memperkuat kerjasama multilateral. Marcel percaya bahwa interaksi dalam komunitas global harus berdasarkan pada solidaritas dan partisipasi aktif. Melalui lembaga-lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, negara-negara dapat berkolaborasi untuk menangani masalah-masalah global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan terorisme. Keikutsertaan semua pihak dalam mencari solusi bersama meningkatkan rasa saling percaya dan memperteguh komitmen untuk perdamaian dunia yang berkelanjutan.

Dengan mengadopsi pendekatan relasi "Aku dan Engkau" dalam hubungan internasional, diharapkan tercipta tatanan dunia yang lebih humanis, adil, dan harmonis. Integrasi prinsip-prinsip ini juga membawa implikasi filosofis yang mendalam dalam memahami esensi dari keberadaan manusia dan arti kebersamaan di tengah keragaman global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun