Jovian mengepalkan tangannya, tapi dia tetap menahan tangan itu untuk tidak bertindak. Jovian duduk di kursi yang telah disiapkan di belakang, Reyhan mengikuti langkah Jovian ikut duduk di sebelahnya.
Hakim 2 Â Â Â Â Â : Mentari, bersaksilah atas kasus korupsi yang melibatkan Agus Sulistyo dengan Starlight Coorporationini.
Hakim 1 Â Â Â Â Â : Tidak apa Mentari. Katakanlah apa yang kau tau tentang pekerjaan ayahmu.
Mentari terus memasang wajah bingung, sejenak dia tak bisa menjawab.
Mentari      : Aku... Aku... Aa... Aku... (Wajahnya menunduk ke bawah lalu melirik ke kanan kiri)
Agus Sulistyo : Dia tidak tau apa apa hakim. Anda telah membuang waktu untuk mendengarkan kesaksian seorang anak pelacur seperti dia! (Tidak menengok ke arah Mentari sama sekali)Kasus ini tidak jelas dan harus ditutup. Tuan Alan Siregar tidak mendatangkan saksi yang tepat.
Alan Siregar   : Tidak hakim, Mentari adalah saksi yang yang tepat untuk...
Mentari      : (Memotong pembicaraan) Kalau begitu, biarkan saya berbicara di depan persidangan hakim! (Wajah kecewa dan mata berkaca - kaca)
Semua orang menengok, termasuk Agus Sulistyo yang duduk di sebelahnya.
Mentari      : (Berbicara dengan nada bicara pelan sambil menengok ke wajah ayahnya)Saya sudah mempercayai ayah selama ini, saya tidak percaya ayah akan mengatakan kata -- kata itu kepada saya. Ayah telah membuat saya kecewa.
Mentari      : (Berbicara dengan lantang dan mulai bermonolog)Saya Mentari, bersaksi atas kasus korupsi perusahaan Starlight Coorporation. Agus Sulistyo, ayah saya, mengaku kepada saya bahwa beliau menjalankan bisnisnya di luar kota sejak saya berumur 7 tahun. Beliau meninggalkan rumah dan sulit dihubungi oleh keluarga. Beliau berjanji kepada saya untuk kembali dan membelikan saya permen saat saya ulang tahun, tapi hari itu tidak pernah terjadi. (Berdiri dari kursi dan bermonolog di depan)Saya hanya hidup bersama ibu dan simbok, pembantu kami. Kami tidak pernah menerima uang sepeserpun dari ayah, sampai ibu akhirnya lelah berjualan dan memutuskan untuk meninggalkan rumah, meninggalkan saya dan simbok sendirian karena sudah tidak mampu lagi membiayai anaknya yang boros ini. Memilih untuk bekerja sebagai pelacur dengan gaji besar dan singkat daripada mengelola warung nasi uduknya di rumah. (Air mata mengalir)Saya cari ayah ke kota, tapi saat saya temui, beliau sedang mengerjakan tugasnya di perusahaan. Saya ceritakan kepada dia soal ibu, lalu beliau hanya berkata 'Pulanglah! Ayah akan sering -- sering meneleponmu nanti!' Tetapi, sesering apapun ayah menelepon, dia tidak pernah pulang ke rumah. Setiap bulannya ayah mengirimkan dana entah darimana asalnya ke rekening, beliau kata 'Itu uang untuk kamu sekolah, nak.' Simbok yang setiap bulannya mengelola uang itu, dipakainya semua untuk kebutuhan sehari -- hari. (Mundur ke kursi dan duduk kembali)Kukira ayah peduli, kukira ayah pekerja keras yang kuat sampai dapat menyisihkan banyak tabungannya untuk anak semata wayang. Aku sangat menghargai setiap dana dan usaha yang telah ayah berikan. Aku sangat mempercayai ayah. Tetapi kali ini aku sangat kecewa kepada beliau. Jika terbukti beliau melakukan korupsi atas perusahaan Starlight Corp.,biarkanlah persidangan yang menentukan, saya serahkan semuanya kepada hakim. (Duduk tenang memandang kedepan tanpa ekspresi)