Mohon tunggu...
Dara Ginanti
Dara Ginanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Sampoerna University - The University of Arizona

A Beginner in Writing

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Naskah Drama "Mentari Warna-Warni"

3 November 2017   07:19 Diperbarui: 16 Juli 2020   19:56 82509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentari           : (Menarik tangannya.)Diam Rey! (Membalikkan badan.)

Reyhan            : (Kembali membalikkan bahu Mentari)Menurutmu kenapa ayah dan kakekmu memberimu julukan warna -- warni? Karena kamu selalu ceria dan bersemangat, kamu tidak pernah putus asa! Sekali waktu kamu bisa menangis dan tertawa, membawa senyum untuk orang -- orang di sekitarmu! Dan sekarang kamu mau menghilangkan warna -- warni itu?

Mentari           : Mereka memanggilku begitu karena aku selalu mengenakan pakaian warna mencolok, seperti orang gila, mereka tidak pernah menyayangiku! Buktinya ayahku sekarang seorang koruptor, dan kakekku? Dia menjadi gila dan masuk rumah sakit jiwa karena menjadi psikopat dengan membunuh istrinya sendiri, nenekku Rey! Nenekku! (Terisak, semakin mundur menjauh.)

Reyhan            : (Nada bicara halus) Aku mengenalmu Mentari, lebih dari yang kau tau.

Mentari           : (Memegang kepalanya.)Hentikan, Rey! Aku bisa saja membunuhmu sekarang juga dan menjadi psikopat seperti kakek, aku juga bisa menjadi pelacur seperti ibu sekarang jika kau tetap mengoceh seperti itu. (Berhenti sejenak)Aku ini anak yang tidak baik, Rey. (Tersedu.)Semua keluargaku berakhir buruk!  Kenapa kau masih peduli denganku?! Aku ini anak koruptor dan pelacur, cucu dari seorang psikopat. (Menangis semakin tersedu lalu terduduk)

Reyhan            : Kamu bertanya alasannya, Mentari? Alasannya karena aku mengenalmu bukan seperti Mentari yang sekarang. Kamu bukan seperti ini (Mundur). Kamu berbeda dari ayah, ibu, ataupun kakekmu. Kamu adalah Mentari. Mentari warna -- warni seperti yang selama ini kukenal.

Semua mematung, masih dengan adegan Reyhan yang berdiri dengan tatapan tulusnya dan Mentari yang depresi dan terduduk di lantai. Lampu fokus ke keduanya, lalu cahaya mulai meredup dan mati.Perlahan tirai mulai tertutup.

Babak 4

Babak keempat diatur dengan latar ruang kelas. Di bagian tengah panggung tersusun 6 buah meja dan 7 buah kursi. 4 siswi sedang bencengkerama di sana, 2 diantaranya duduk di atas meja, dan 2 lainnya duduk di kursi. Mentari masuk dari panggung sebelah kanan dengan wajah lesu masih membawa ransel dan tempat makan serta tempat minum yang sama. Awalnya kursi berjejer menjadi 3 baris disusun per kolomnya 2 meja, semuanya diatur agak miring untuk menghindari pemblokingan. Saat lampu menyala semua siswa sedang ramai menggosip.

Siswa 1            :(berdialog sambil menopang dagu dan tersenyum lebar).Iya kemarin aku sudah ditelepon!

Siswa 2            : Lalu bagaimana, kalian akan keluar bersama Sabtu malam ini?

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun