Mentari     : (Melotot ke arah kakek dengan wajah kesal)Tertawalah sepuasmu kek, kau sudah gila!
Kakek      : Hahahahaha... Aku gila... Ya, aku memang gila! Tapi taukah kamu Mentari, kenapa kami memberimu nama Mentari? (Sambil menggigiti kukunya lagi)Karena kami mau kamu tumbuh bersinar seperti mentari yang membawa kebahagiaan bagi orang -- orang sekitar! Hahahaha... Bodoh! Dan apakah kau tumbuh seperti yang kami harapkan? (Balik melotot, lalu kembali tertawa)
Mentari     : Siapa yang mengharapkan sesuatu seperti itu? Itu bodoh, kakek berbohong!
Kakek      : Hahahaha... Apakah kakekmu yang gila ini terlihat bercanda? (Meletakkan kedua tangan diatas meja sambil terus tertawa)
Mentari     : Aku akan pergi  ke kantor perusahaan besar dan mengambil uang mereka, atau aku akan pergi ke kampung pelacur itu dan ikut melacur bersama ibu. Pastilah uang akan berdatangan dengan mudah karena aku masih muda!
Kakek      : Ah, tidak... Tidak... Bukan seperti itu julukan mentari warna -- warni yang kakek berikan padamu. Kami menginginkan kamu tubuh dengan ceria dan semangat yang membara! Itulah yang disebut Mentari warna -- warni. Hahahaha... Gila! (Tertawa sendiri sambil memainkan rambut)
Mentari mulai menitihkan air mata, dia mengusap pipinya.
Mentari     : Kakek, dulu aku dekat sekali denganmu. Tapi kenapa kamu jadi seperti ini? (Terisak)Jika memang itu benar, lalu kenapa kau sampai membunuh nenek?
Kakek      : Hahahaha... Karena aku gila! (Tertawa semakin keras)
Mentari     : Hah! Apa aku harus mati saja?
Kakek      : Mati? Hahahaha... Mentari gila! Mentari sudah tidak berwarna -- warni lagi! Mentari sudah gila! Gila! Hahahaha...