Siswa 1 Â Â Â Â Â Â Â Â Â : Benar! Sulit sekali!
Keempat siswa kemudian saling bersahut - sahutan dan heboh tentang PR Fisika yang diberikan, Mentari hanya mendengarkan. Jovian yang duduk di barisan depan mulai terusik dengan kebisingan siswi - siswi yang berada di belakangnya, dia menutup buku yang sedang dibaca kemudian menggebrakkannya diatas meja. Jovian menengok.
Jovian      : Woy! Berisik! Tidak bisakah kalian memelankan suara? (Berhenti bicara sejenak, semua siswi diam.)Nah benar, seperti itu. (Berbalik kedepan dan membuka kembali buku yang tadi sudah ditutup kemudian menyilangkan kaki)
Siswa 3 Â Â Â Â : Dasar, mentang -- mentang anak orang kaya, seenaknya saja bersikap! (Bersedekap dan dengan nada bicara menyinggung)
Siswa 4 Â Â Â Â Â Â : Benar! Hei Jovian, kalau kamu ingin tempat yang tenang untuk membaca, lebih baik pergi saja dari sini! (Bekacak pinggang)
Siswa 1 Â Â Â Â Â Â : Sudah - sudah, daripada meladeni anak itu, lebih baik kita mengerjakan PR Fisika saja. Benar tidak?
Siswa 2 Â Â Â Â Â Â : Betul sekali! Mentari kemarilah, bantu kami mengerjakan soal yang nomor 3! (Berdiri dari kursinya dan mempersilahkan Mentari duduk)
Mentari       : Oh ini, jadi begini caranya!
Lampu meredup di set kelas, suara kerumunan siswa juga semakin melembut dan lemah. Fokus lampu sorot langsung ke arah Reyhan yang berdiri di tengah panggung. Suara dering telepon genggam terdengar dari saku celananya. Reyhan merogoh saku celananya kemudian mengambil sebuah telepon genggam hitam. Reyhan melihat layar, tertulis panggilan dari paman Dodi.
Reyhan       : Loh, paman Dodi? Kenapa pagi - pagi begini menelepon? Ah jangan - jangan, beliau salah sambung. (Mengangkat telepon)Halo, assalamualaikum paman Dodi. (Berhenti dan mendengarkan) Oh Mentari, iya sekarang saya sedang bersama Mentari di sekolah paman. (Berbicara dengan nada ceria)Oh... Ehmm... Saya tidak yakin paman, Mentari biasanya tidak membawa telepon genggamnya ke sekolah. Tapi, saya bisa menyampaikan pesan paman kepada Mentari jika pesan ini darurat. (Mendengarkan suara di telepon)Oh begitu paman, baiklah kalau begitu. Percayakan saja pada Reyhan, saya akan menyampaikannya.
Reyhan diam beberapa saat dan mendengarkan apa yang dikatakan paman Dodi di telepon, wajahnya berubah serius dan kemudian menampakkan ekspresi kaget.