Mohon tunggu...
Dara Ginanti
Dara Ginanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Sampoerna University - The University of Arizona

A Beginner in Writing

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Naskah Drama "Mentari Warna-Warni"

3 November 2017   07:19 Diperbarui: 16 Juli 2020   19:56 82509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reyhan             : Apa?! (Mondar - mandir dengan sebelah tangan mengepal, wajah terlihat panik dan bingung, dia berhenti mondar - mandir sejenak. Wajahnya kembali cemas.) Baik paman, akan saya sampaikan kepada Mentari. (Mengangguk, memberi jeda pada setiap dialog)Iya paman. Baiklah. Iya sama - sama paman. Waalaikumsalam.

Reyhan menutup telepon lalu memandang telepon yang ada di genggamannya sejenak. Sorot lampu di area kelas terang kembali, suara debat para siswa mulai terdengar keras. Reyhan kembali mondar - mandir dan meyakinkan diri. Lalu Reyhan lari menghampiri Mentari yang sedang duduk asyik di area meja bersama teman -- temannya dengan wajah cemas.

Reyhan             : Mentari!

Mentari             : Ya? (Menengok ke arah Reyhan sambil tersenyum, 4 siswa disana ikut menengok dan mendengarkan dengan saksama.)

Reyhan             : (Menghela napas)Sepertinya kamu harus ke pengadilan negeri sekarang juga. Ada sedikit masalah dengan saham Starlight Corp.

Jovian menengok, menampakkan wajah kaget. Mata Mentari masih menatap Reyhan, tapi senyum Mentari telah menghilang. Mentari meletakkan tas dan semua barangnya lalu bergegas berdiri dari kursi, matanya masih menatap Reyhan. Mentari sejenak membeku.

Mentari             : Ayahku? (Wajah bertanya - tanya)

Reyhan mengangguk pelan. Keduanya lalu lari sampai keluar panggung. Jovian menutup bukunya dan menaruhnya di atas meja kemudian bergegas lari mengikuti Mentari dan Reyhan yang sudah duluan meninggalkan panggung. 4 siswa lain melihat heran sambil menatap satu sama lain. Suasana hening, lampu meredup lalu mati. Tirai ditutup.

 

Babak 2

Pada babak ini panggung akan diubah menjadi tempat sidang dengan dua buah meja hakim yang disusun di sebelah kanan, 2 kursi di bagian belakang menghadap penonton, dan 2 kursi lainnya disusun di tengah menghadap meja hakim. 2 hakim sudah duduk di kursinya, di sebelah kiri hakim berdiri 2 polisi dengan gagah dan tegapnya. Seorang laki - laki dengan kemeja rapi juga sudah duduk di tengah panggung menghadap meja hakim, seorang lainnya dengan jas hitam rapi berdiri angkuh di depan penonton. Tirai dibuka. Lampu menyala. Laki - laki berjas itu mulai bermonolog.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun