Mohon tunggu...
Dara Ginanti
Dara Ginanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Sampoerna University - The University of Arizona

A Beginner in Writing

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Naskah Drama "Mentari Warna-Warni"

3 November 2017   07:19 Diperbarui: 16 Juli 2020   19:56 82509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lampu redup, sorot lampu kini berganti ke arah belakang, menyorot kakek Mentari. Kakek tertawa -- tawa gila di belakang dan mulai bermonolog.

Kakek             : Mentari gila! Dia sekarang sudah gila! Dia anak orang gila! Keluarganya gila! Hahahaha... Mentari tidak terbit lagi, mentari telah tenggelam! Mentari sekarang hitam putih, Mentari tidak berwarna -- warni lagi! Hihihihi... Karena Mentari sekarang sudah gila!

Lampu menyala terang, semua tokoh berbicara bersamaan dan dengan nada suara keras. Semua tokoh terus mengolok -- olok Mentari yang memasang wajah ketakutan di tengah. Mentari terus mondar -- mandir ketakutan sambari menangis dan menutup kedua telinganya. Mentari mengepalkan tangan dengan mata yang berair, dia berteriak. Sangat keras. Monolog pun dimulai.

Mentari           : Diam kalian semua! (Menunjuk ke arah semua orang)Aku... Mentari... Akan membuktikan kepada kalian semua. Aku bersumpah! Aku... Aku... Tidak akan menjadi Mentari seperti yang kalian kenal sekarang. Mentari akan membuktikannya! Mentari akan berubah. Mentari... Mentari... Mentari akan mengejutkan kalian semua. Haahhhh.... Apa aku sudah gila?

Semua tokoh kembali berbicara bersamaan. Kali ini semuanya maju mendekati Mentari ke tengah, semua berkerumun. Mentari terjatuh dan tersentak, dia terduduk di lantai sambil menutup telinganya lagi. Sesaat, suara jeritan Mentari kembali terdengar. Terdengar sangat keras. Semuanya mematung, lampu menyorot fokus ke tengah.

 

Epilog

Narator wanita dengan baju jawa itu masuk panggung dan menempatkan diri di sebelah kanan. Dia menunjuk ke arah kerumunan. Lampu fokus menyorot.

Wanita            : Begitu ceritanya, pada saat itu aku tidak bisa melakukan apa -- apa. (Berjalan kedepan)Sudah lama aku tidak bertemu Mentari. Ada yang bilang dia bekerja di sebuah perusahaan besar dan menjadi orang sukses (Tersenyum), rumor juga beredar kalau katanya dia pergi sekolah ke luar negeri dan menjadi seorang dosen. Tetapi ada yang bilang kalau Mentari menjadi kembang pelacur di perkampungan Kalijodo bersama ibunya, beredar juga kabar kalau dia menjadi gila dan dijebloskan ke rumah sakit jiwa yang sama dengan kakeknya. Rumor juga beredar kalau Mentari mati bunuh diri dengan menusukkan pisau di dadanya. Sampai sekarang tidak ada yang tau pasti dimana Mentari, sumpah untuk berubah yang dikatakan Mentari di hari itu (Kembali menunjuk ke kerumunan di tengah)Tidak ada yang tau bagaimana akhirnya. Tidak ada yang tau berubah menjadi apa Mentari sampai... Hahahaha... (Tertawa ketakutan)  Aku merasa sangat bersalah, semua ini karena salahku. Dan sampai sekarang, aku masih merasa kalau Mentari masih berada di sekelilingku. Apakah ini halusinasi? Ataukah aku memang sudah gila? Hahahaha... (Kembali tertawa ketakutan dan mondar -- mandir sembari menggaruki telapak tangannya)

Wanita itu menunjuk ke sisi panggung sebelah kanan, dia menunjukkan jari telunjuknya sambil menampakkan wajah khawatir.

Wanita            : Mentari.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun