Â
      Berpijak dari pengertian ini maka syukur akan nampak pada tiga aspek, yaitu:
Â
- Syukur dengan hati, yaitu kepuasan bati atas anugerah.
- Syukur dengan lidah, yaitu dengan mengakui anugrah dan memuji pemberiannya.
- Syukur dengan perbuatan, yaitu dengan memanfaatkan anugreah yang di peroleh sesuai dengan tujuan penganugrahannya.
Â
Secara teori sikap syukur seorang harus tercermin dalam tiga hal diatas, yakni mengakui nikmat dalam batin, untuk taat kepada Allah. Jadi sikap syukur berkaitan erat bahabbah, lisan untuk memuji dan menyebut nama Allah dan menahan diri dari dan maksiat kepada-nya.
Â
      Bedasarkan hal atas, para ulama meyebutkan bahwa rukun syukur ada tiga, yaitu i'tikaf (mengakui), tahaddust (menyebutkan), dan at tha'ah (taat).[31]
Â
      Al-i'tiraf merupakan pengakuan bahwa segala nikmat adalah dari Allah. Pengakuan yang semacam ini sangat penting, sebab sikap tersebut muncul dari ketawadhuan seseorang tidak mengakui nikmat itu bersumber dari Allah, maka mereka akan menjadi orang-orang yang takabur.
Â
      Diakui atu tidak, dalam kehidupan modern sekarang ini , kita sering menyandarkan segala sesuatu pada kemampuan diri kita sendiri bahwa kita sangat yakin bahwa kemampuan kita akan dapat menyelesaikan problem hidup. Kita sangat bangga terhadap capaian--capaian yang telah kita raih dari peradaban dunia, seolah-seolah  itu adalah hasil kehebatan ilmu dan keahlian kita. Padahal, apa yang mampu kita lakukan jika kita tidak di beri kekuatan baik fisik maupun akal oleh Allah?