Persahabatan dengan para konsumen juga membangkitkan rasa kepercayaan dan kenyamanan berbelanja. Kualitas produk dan kualitas pelayanan penting sebagai komponen sukses. Sikap konservatif dalam hal keuangan dan pengeluaran juga dibarengi dengan fleksibiltas strategi sesuai tren dan kemauan konsumen.
Ketekunan dan kesabaran dalam bekerja dan membangun bisnis merupakan kekuatan luar biasa. Jika orang lain bekerja 10 jam per hari, tidak jarang mereka bekerja 14 hingga 18 jam. Sisa waktunya hanya untuk makan, mandi  dan tidur saja. Filsafat mereka sederhana: Bekerja untuk makan.  'Makan' di sini berarti memberi nafkah bagi keluarga mereka. Mereka tidak kenal istilah "mangan ora mangan asal ngumpul" yang tidak mengutamakan "makan". Bagi orang Cina, makan adalah inti keberhasilan karena setiap orang perlu energi untuk berkarya.Â
Pengalaman dan ketrampilan bisa diasah kemudian, yang penting mereka telah melihat peluang dan berani memulai. Dan ini sudah cukup untuk menjadikan mereka sebagai "konsolidator" yang mengumpulkan berbagai sumber daya dan ketrampilan orang lain, sehingga bisa membentuk produk-produk yang dijual. Saya kenal beberapa pebisnis media advertising dan consumer products yang sama sekali buta akan bidang tersebut, namun mereka pandai mengumpulkan orang-orang yang berpengalaman di bidangnya.
Setiap keluarga Cina sangat mengutamakan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka. Begitu mereka punya uang sedikit, anak-anak mereka disekolahkan di sekolah-sekolah terbaik dunia atau negara tersebut. Tujuannya agar para generasi penerus mempunyai landasan kuat secara intelektual sehingga mampu menganalisa peluang-peluang bisnis serta memandang dunia secara makro dan berpandangan jauh ke depan.Â
Semakin baik pendidikan yang diterima, semakin besar pula kemungkinan mereka mendapatkan relasi yang baik di masa depan. Juga mereka mendapatkan pelajaran terbaik tentang tren-tren di masa depan. Dari awal, mereka belajar bahwa selain pendidikan yang baik memberikan pengakuan sosial, ini juga merupakan kesempatan networking seumur hidup.Â
Spirit entrepreneurship yang dimiliki dibarengi dengan kemampuan mengenali tren serta kapitalisasinya, perlu diasah sejak dini. Cukup banyak keluarga pebisnis menerapkan sistem apprenticeship (magang) bagi generasi muda dengan melibatkan mereka dari awal. Tertanam jiwa yang sadar akan "tidak ada sukses yang mudah, semua perlu ketekunan dan mental baja".
Bisa dimengerti mengapa bisnis mereka melesat di seantero dunia. Pola pikir dan kebiasaan membentuk karakter sukses. Keadaan sosial, kemiskinan dan minimnya rasa aman menjadi pemicu kerja. Itu saja. Tapi, ...... apakah benar hanya itu saja?
HURU-HARA 10 MEI 1963
Pada tahun 1963, tanggal 10 bulan Mei di Sukabumi terjadi pembakaran, pengrusakan rumah-rumah orang Cina dan juga sekolah Tjung Hua-Tjung Hui. Rumah kawan-kawan sekolah saya dari etnis Cina seluruhnya dirusak, dilempari batu dan ada yang dibakar sehingga lebih dari 3 tahun di setiap rumah orang Cina di Sukabumi jendelanya ditutup kayu pengganti kaca jendela yang pecah. Peristiwa itu pada awalnya terjadi di kota Bandung dan merembet ke Sukabumi, Tasikmalaya, Cianjur, Garut dan beberapa kota lainnya di Jawa Barat. Masih teringat di kepala saya ketika saya melewati sekolah Tjung Hua-Tjung Hui saya melihat kepala Barongsai tergeletak di halaman sekolah yang sudah hancur diobrak-abrik masa, kemudian Barongsai itu saya bawa pulang untuk dijadikan mainan bersama kawan tetangga belakang rumah.
Huru-hara 10 Mei 1963 menjadi kerusuhan rasialis pertama dan terbesar di kota Bandung. Sentimen anti Cina yang 'menjangkiti' sebagian kalangan mahasiswa dan warga Bandung ketika itu dipandang sebagian pihak sebagai manifestasi kejengkelan 'warga pribumi' terhadap situasi ekonomi yang 'morat-marit' dimasa Demokrasi Terpimpin. Dan kejengkelan itu termanifestasi dalam kekerasan terhadap etnis Cina di Indonesia yang memang kebanyakan 'bernasib lebih baik' secara ekonomi karena dominan di sektor perdagangan di Bandung. Jadi problem ketimpangan dalam struktur ekonomi berbuah antipati terhadap etnis Cina di Indonesia.
CINA DI INDONESIA DARI MASA KE MASA