“Jangan sampai kamu menerima yang keempat. Malah lebih baik lagi kalau kamu sudah melakukan apa yang ada di sms itu sebelum muncul sms keempat,” kata Fina dengan nada memohon. Fina tak ingin temannya mengalami nasib sial hanya karena mengabaikan angka tiga dan harus muncul angka empat.
“Terus aku harus bagimana, Fin?”
“Lakukan kebaikan! Tak ada kata tawar-menawar lagi. Cepatlah lakukan kebaikan. Jangan sampai temanku yang baik hati ini tertimpa kesialan,” kata Fina.
“Segitunya, Fin.”
“Kalau kamu sial, siapa lagi yang bisa membagi makanan padaku ini?” kata Fina yang berakibat pada cubitan Villa.
“Ih, kamu Fin. Cuma makanan saja yang kamu pikirin. Lihat badanmu. Kalau nambah lebar lagi, nanti Arif pindah ke lain hati lho?” ledek Villa.
“Jangan doain gitu dong, Vil,” rengek Fina yang sangat takut kalau sampai ditinggal Arif.
Sepulang sekolah Villa masih memikirkan sms itu. Saking seriusnya memikirkan sms, Villa tak menyadari ada motor yang hendak berbelok. Hampir saja Villa tersenggol. Untung ada Fina yang langsung manarik tangan Villa.
“Jangan bengong!” kata Fina.
“Aku masih keingetan sms itu, Fin,” jawab Villa.
“Makanya, aku bilang juga apa? Cepatlah lakukan satu kebaikan. Misalnya saja membelikan pulsa untukku. Kebetulan pulsaku sudah habis. Dan uang pulsa dari bokap udah aku beliin kado buat Arif,” anjur Fina.