Kami semua diam. Mendadak tak ada suara.
“Ada apa tertawa!” ulang Pak Iwan.
Dan teriakan Pak Iwan benar-benar seperti tarikan terompet malaikat Isrofil. Malaikat yang akan menghentikan segala aktivitas jagat raya hanya dengan tiupan terompet saktinya itu. Segala suara menjadi hilang. Bahkan dari mulut usil Galang. Kelas senyap sesenyap-senyapnya. Hanya tarikan nafas penuh ketakutan dari seisi kelas.
“Fina kentut, Pak,” jawab Galang yang kebetulan masih menyimpan sedikit keberanian untuk mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.
“Galang, sini kamu!” panggil Pak Iwan.
Maka, Galang pun maju dengan penuh kepasrahan. Diiringi sorotan mata kasihan dari teman-temannya yang sudah sedikit tahu nasib setiap siswa yang disuruh maju oleh Pak Iwan.
“Kenapa kamu tertawa dan tertawamu paling keras!”
“Fina kentut, Pak,” jawab Galang sambil membesar-besarkan hatinya bahwa apa yang sedang dilakukannnya saat ini bukanlah sebuah kesalahan. Bahkan kata-kata Galang lebih mengandung sebuah kebenaran. Mengungkap Fakta yang selama ini terselubungi kepalsuan, seperti sebuah semboyan acara infotainmen yang sering dikutip Galang kalau sedang kepepet.
“Memangnya kentut itu lucu?!”
“Memang tidak lucu sih Pak. Tapi karena terdengar panjang dan sepertinya membawa semangat pemberontakan dari si pelaku yang membuat suara kentut itu lucu,” Galang mencoba menjelaskan sambil terus berdoa dalam hati agar alasan bisa diterima dengan baik dan sanggup menghindarkannya dari olahraga push up itu.
“Apa maksudnya pembrontakan segala?”