“Bunda tak melarang jika itu datang dari nuranimu.”
“Ayah?”
“Ayah yang selalu mengajari kebaikan. Masa Ayah melarang anaknya berbuat kebaikan?” jawab Ayah Villa.
“Tapi kamu sudah pikirkan betul, Vil?”
“Sudah, Bunda. Beribu-ribu kali. Dan ini sudah menjadi keputusan Villa.”
Bibi tak bisa menolak lagi. Jannah, anak Bibi pun akhirnya diajak ke Jakarta. Menunggu operasi dilakukan. Hingga akhirnya kejadian itu benar-benar tak diduga.
Siang. Villa baru pulang sekolah. Beberapa orang datang. Mendobrak pintu depan. Masuk ke rumah. Golok tajam mereka acungkan. Ke Villa yang masih memakai baju sekolahnya.
“Diaaaaaamm!”
Villa tak bisa berbuat apa-apa. Mendadak pula Jannah datang. Dengan golok ia menyerang perampok yang berjumlah tiga orang itu. Gerakan mendadak Jannah mengagetkan para perampok. Salah satu perampok terkena sabetan golok Jannah. Terluka. Kemudian membalas dengan satu sabetan yang langsung merobohkan Jannah.
Melihat Jannah roboh, Bibi langsung berteriak histeris. Perampok pun kalang kabut. Langsung melarikan diri sebelum tetangga datang.
Jannah tak bisa diselamatkan. Jannah meninggal saat sampai di rumah sakit. Villa menangis sedih. Baru kali ini, Villa menangis sedih. Jannah telah menyelamatkan Villa dengan satu-satunya harta paling berharga miliknya. Nyawa.