“Ah, kamu. Bisa saja melihat peluang!”
Dengan terpaksa, Villa membelikan pulsa untuk sahabatnya itu.
“Goceng aja ya?”
“Boleh. Tapi menurut saya, nih Vil. Sekali lagi menurut saya. Kalau mau berbuat baik itu jangan tanggung-tanggung. Jadi, membelikan pulsa dua puluh ribu itu lebih baik daripada hanya membelikan yang lima ribu rupiah.”
“Ih, maumu!”
Sebagai jalan kompromi, Villa membelikan pulsa yang sepuluh ribu. Semoga satu kebaikan ini betul-betul akan menghindarkan dirinya dari segala macam mara bahaya.
“Twing!”
Lagi-lagi muncul sms. Dan tepat pada saat Villa terbangun karena pengin pipis. Villa cepat-cepat bangun. Tentu bukan takut pada teror sms itu. Villa tergopoh-gopoh ke kamar mandi karena desakan rasa pengin pipisnya lebih tak tertanggungkan daripada ketakutan Villa pada teror sms tersebut.
“Legaaaaa...!” ucap Villa setelah buang hajat. Kenapa disebut buang hajat ya? Pikir Villa. Tapi pikiran itu segera ditendang keluar dari otak Villa. Villa jelas tak ingin terbebani oleh utak atik bahasa seperti Pak Jamil, guru bahasa Indonesia yang lebih senang dengan gaya Betawinya itu. Mentang-mentang orang Betawi, ngajarin bahasa Indonesia dengan logat Betawi yang tak mau dibuangnya. Biarlah urusan bahasa Indonesia diurus sama dia.
Dan saat kembali ke kamar, Villa teringat pada sms itu. Villa membuka hp. Dan tertulis.
“Sudahkan Anda melakukan sebuah kebaikan?”