"Lan, apa kamu gak bosan?"
"Hmmm?" aku mnegernyitkan dahi. Bingung. Bosan? Bosan apa?
"Sampai kapan kamu begini Lan?" tiba-tiba pertanyaan itu meluncur dari bibirnya yang tebal.
"Maksudmu?" tanyaku.
"Tentang statusmu." jawabnya tegas.
"Jika maksudmu menikah, sampai kapanpun aku tak mau. Kau pikir, kesucian dan keindahan tubuhku ini mampu dibeli dengan mas kawin? Gak!"
"Lan, ubah pola pikirmu!"
"Kalau kamu datang hanya untuk menasehatiku, lebih baik kau pergi, maaf aku sedang tidak ingin menerima nasehat apapun."
"Siapa yang kamu inginkan? Berapa yang kamu mau untuk menebus semua keindahan dan kesucian tubuhmu itu?"
"Seisi dunia pun tak ada yang sanggup membayarnya! Dan, kesucian juga keindahan tubuhku ini, tak akan terbayarkan oleh apapun. Tak ada bandingnya, tak ada duanya!"
"Entah apa yang ada di pikiranmu, aku tak mengerti. Tapi aku selalu mendoakanmu Lan, semoga kau segera sadar, sebelum nanti kau benar-benar menyesal. Masih 33 tahun. Masih ada waktu, Lan."