"Tapi, kali ini lebih cantik lagi. Benar deh."
"Thank you." Aku kehabisan kata.
Kami melangkah beriringan, bersamaan dengan tatapan orang-orang yang kagum kepada kami. Entah itu karyawanku, atau pengunjung lain.
Tiba-tiba.
"Lan, coba kamu lihat baju itu, yang dalam kaca itu." Raffi menujuk ke sebuah gaun putih yang paling indah tahun ini, tentu saja rancangan tangan ajaibku. Entah sudah berapa ribu gaun pengantin yang kurancang, tapi sekalipun tak pernah terbesit niatku untuk memakainya.
"Ya, itu gaun pernikahan milik putri presiden yang akan menikah bulan depan."
"Hmmm, bagus." Raffi manggut-manggut.
"Ya jelas, siapa yang buatnya dan siapa juga yang akan memakainya."
"Ya, ya, kau memang hebat dan tak diragukan lagi kalau soal begini."
Kami sama-sama terdiam. Dalam bisu, kami terlarut pada semua gaun yang ada, yang jelas semuanya indah-indah.
"Lan. Kamu lebih suka gaun-gaunmu itu terpajang rapi di kaca atau dipakai oleh seseorang?" Tiba-tiba dia bertanya, memecah sunyi yang sejenak tercipta.