Mohon tunggu...
Mochamad Rizky Pangestu
Mochamad Rizky Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Muda

Saya suka menulis, dan ingin berbagi cerita melalui tulisan-tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musim Pengantin

27 Juni 2022   07:33 Diperbarui: 27 Juni 2022   07:42 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: MR. Pangestu

 Berbagai rasa mulai timbul, yang sebelumnya tidak pernah muncul atau memang aku tahan agar tak muncul kini bertubrukan dalam hatiku; aku rindu, aku merindukan Raffi.

Hingga aku menjadi gila. Benar, asmara terkadang membuat seseorang gila. Bahkan, aku  sampai pergi mencarinya, ke rumahnya di kawasan Bintaro. Setelah aku melawan gengsi, seorang Wulan menanyakan alamat seseorang?

Senyum ramah yang menyiratkan paduan rasa sedih, iba, bahagia, dan berbagai rasa yang sulit diungkap menyambut kedatanganku di sana. Seorang wanita berusia senja tak banyak bicara, hanya memberiku sepucuk surat dan sebuah album berisi foto-foto Raffi.

Rupanya, berbulan lamanya Raffi menjalani pengobatan, kanker paru-paru yang diidapnya semakin menggerogoti tubuhnya. Rasa penasaran yang terjawab, rasa kesal yang kini kumaafkan, dan tentunya rindu yang baru kurasakan hanya saat kehilangannya, berbaur menampung air mata pilu. Sebisa mungkin aku bertahan untuk tidak menjatuhkan air mata.

Sebelum semuanya pecah, aku pamit dan baru berani membuka surat itu di rumah. Dengan gemetar, aku coba membuka suratnya, membacanya seksama dan penuh rasa. Terngiang suaranya, seakan dia ada dan nyata mengucapkan langsung jalinan kata yang ditulisnya dalam surat ini.

Katanya;

Wulan, jujur aku mencintaimu. Tapi, aku tak mungkin bisa menggapaimu. Musim pengantin tahun ini hampir saja berlalu. Aku gagal menjadikanmu pengantin di musim pengantin tahun ini.

Lan, kuharap di musim pengantin tahun depan aku dapat melihatmu menjadi pengantin, meski bukan bersamaku. Buatkah gaun pengantin yang indah, sepertimu, Wulan Purnama.

Mengenalmu adalah menelisik sesuatu yang menarik untuk diulik, tak ada letih, kau semakin menarik jika semakin kuusik. Menyayangimu adalah hal yang tak perlu diragukan lagi, tanpa diminta, tanpa disuruh lagi, meniti jalan-jalan kecil menembus dalam hatimu telah membuatku menyayangi dan mencintaimu.

Lan, akankah sampai aku pada impian memiliki keindahan pada dirimu seutuhnya? Meski tak dapat kusentuh pada akhirnya, tapi betapa bangga aku dengan kata orang nantinya: kau milikku.

Lan, Aku mencintaimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun