Gadis ketiga adalah gadis yang tinggi langsing dan ayu. Â Gadis ini terlihat tidak terlalu tangguh. Â Tetapi mempunyai kemampuan sihir yang hebat. Â
Ya Tuhan! Arya Dahana dikelilingi oleh gadis gadis istimewa seperti ini. Â Apakah dia sanggup merebut hatinya? Â Hhhhhhh...dia tidak akan menyerah! Â
Dia merasa tidak kalah cantik dengan mereka semua. Â Dia juga mempunyai ilmu yang tinggi. Â Bahkan dia mempunyai kemampuan unik mengendalikan pasukan kelelawar beracun.Â
Mendadak terdengar ramai suara derap kaki kuda memasuki padang lembah ini. Â Disusul kemudian dengan kelebatan kelebatan bayangan beberapa orang. Â Maesa Amuk terlihat berdiri gagah mengawasi pertempuran. Â Di sampingnya terlihat Siluman Lembah Muria, Bledug Awu Awu dan Madaharsa. Pasukan Sayap Sima berjumlah puluhan berdiri berjajar di belakang mereka. Â Maesa Amuk mengangkat tangannya tinggi tinggi.
"Berhentiiiiiiii...!!"
Sontak suara parau yang menggetarkan seisi lembah itu menghentikan pertempuran. Â Dyah Puspita melompat mendekati Arya Dahana yang sudah berdiri bersisian dengan Sima Lodra, Putri Anjani, Ayu Wulan, dan Nyai Genduk Roban. Â Tidak jauh Bimala Calya berdiri dengan tegang memperhatikan.
"Aku...Maesa Amuk. Â Pemimpin pasukan khusus Sayap Sima pemburu buronan...jelaskan maksud kedatanganmu Raja Iblis tengik!" Â suara menggelegar itu tertuju kepada Raja Iblis Nusakambangan yang telah mengelompok dengan anggota Lawa Agung lainnya.
Raja Iblis Nusakambangan tersenyum mengejek.
"Maesa Amuk...kita selalu berseberangan jalan. Â Tapi kali ini kami tidak ingin berseteru denganmu maupun Majapahit. Â Kami membawa ini...." tangannya melambaikan sebuah gulungan daun lontar yang terlihat mewah.
Maesa Amuk memberi isyarat kepada salah satu anak buahnya untuk mengambil gulungan surat yang dipegang Raja Iblis Nusakambangan. Â Yang diperintah maju mengambil surat lalu menyerahkannya kepada Maesa Amuk. Â Maesa Amuk membuka gulungan daun lontar itu dan membacanya dengan hati hati. Â
Air muka tokoh berangasan itu berubah sedikit. Â Dia menyerahkan gulungan surat itu kepada Madaharsa yang memang merupakan pimpinan tertinggi kedua di Sayap Sima.Â