Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

31 Desember 2018   09:25 Diperbarui: 31 Desember 2018   09:41 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sudahlah Maesa Amuk.  Tak perlu banyak kata.  Aku setujui syaratmu.  Kami akan menangkap mereka berdua.  Yang lainnya adalah urusanmu sendiri."  Raja Iblis ini memberikan isyarat kepada Resi Amamba dan Hulubalang Kelabang. 

Ketiganya maju dengan pandangan mengancam ke arah Dyah Puspita dan Putri Anjani.  Arya Dahana bangkit amarahnya melihat semua ini. Tubuhnya yang kurus berkelebat ke depan.

"Iblis dan setan manapun yang akan menangkap mereka harus berhadapan denganku terlebih dahulu!"  mata pemuda ini menyala keperakan.

Raja Iblis Nusakambangan dan dua sekutunya menghentikan langkah.  Kemudian menoleh ke Maesa Amuk.

"Inilah yang aku maksud dengan yang lainnya Maesa Amuk.  Uruslah pemuda tengil ini sementara kami menangkap buronanmu."

Maesa Amuk menggeram marah.  Tubuhnya yang tinggi besar tahu tahu sudah berhadapan dengan Arya Dahana.  Tanpa basa basi lagi tokoh sakti Majapahit ini langsung menerjang Arya Dahana dan menyerang dengan hebat.  Arya Dahana tidak tinggal diam.  Pemuda ini mengerahkan ajian Geni Sewindu untuk melawan.  Terjadilah pertarungan yang luar biasa dahsyat antara kedua orang ini.

Bledug Awu Awu memisahkan diri kemudian memberikan tantangan bertarung kepada Nyai Genduk Roban yang sedari tadi sudah gatal untuk menyerang orang orang Majapahit ini.  Kembali terjadi pertempuran aneh antara dua tokoh sihir ini.  Mereka sengaja menjauh agar bisa dengan bebas melepaskan sihir sihir tingkat tinggi untuk saling menyerang.

Melihat Arya Dahana dan Nyai Genduk Roban sudah ditangani, Raja Iblis Nusakambangan menggerakkan tubuhnya menyerang Dyah Puspita diikuti oleh Resi Amamba.  Gadis putri Ki Tunggal Jiwo ini dikeroyok oleh dua dari datuk delapan penjuru mata angin.  Nampak bahwa gadis ini sama sekali tidak gentar.  Ajian Braja Musti yang dipadukan dengan gerakan gerakan pukulan Busur Bintang dipergunakan untuk menahan serangan sekaligus menyerang dengan tidak kalah dahsyat.

Hulubalang Kelabang yang telah diberikan isyarat oleh Raja Iblis Nusakambangan langsung menyerang Putri Anjani.  Tingkat kanuragan Putri Laut Utara ini sebetulnya tidak kalah dengan pengawal Panglima Kelelawar ini, namun karena tubuhnya masih belum pulih akibat totokan Bayu Lesus Madaharsa tempo hari, gerakan gerakannya masih lemah dan tidak bertenaga.  Akibatnya gadis cantik ini terdesak dengan sangat hebat dalam waktu singkat. 

Siluman Lembah Muria maju ke depan Sima Lodra dan Ayu Wulan yang berdiri berdampingan.  Gadis itu lawan yang sangat lemah, namun harimau itu cukup tangguh dan mengerikan.  Tokoh Sayap Sima ini maju ke depan mengirim pukulan mematikan kepada Sima Lodra.  Harimau itu menggereng marah lalu balas menyerang dengan cakar cakarnya yang setajam pisau cukur.  

Ayu Wulan menggerak gerakkan tangannya ke arah Sima Lodra.  Siluman Lembah Muria terkejut bukan kepalang melihat bahwa dia sekarang bertempur dengan dua ekor Sima Lodra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun