Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

31 Desember 2018   09:25 Diperbarui: 31 Desember 2018   09:41 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersamaan dengan itu, terdengar teriakan kesakitan melengking dengan nyaring.  Nampak Putri Anjani terpelanting keras terkena pukulan Hulubalang Kelabang.  Gadis itu memuntahkan darah segar dalam jumlah banyak.  Rupanya pukulan telak Hulubalang Kelabang bersarang di dada gadis yang masih lemah tubuhnya itu.  Saat Putri Anjani terhuyung huyung mencoba bangkit, sesosok bayangan berkelebat mengayunkan tangan untuk menotok.

"Dukkk...dukkk!..."

Sesosok bayangan lain juga berkelebat menangkis totokan Madaharsa.  Selamatlah gadis itu dari kelumpuhan atau bahkan kematian.  Andika Sinatria berdiri gagah melindungi Putri Anjani yang sudah tak mampu bangkit lagi. 

"Kau tidak bisa berlaku seenaknya kepada seorang pejabat Galuh Pakuan wahai orang tua gagah." Pangeran tampan itu menatap tajam Madaharsa.

Madaharsa yang bergetar tangannya akibat tangkisan tadi, tahu bahwa di hadapannya berdiri seorang bangsawan berilmu tinggi.  Dengan angkuhnya tokoh nomor dua Sayap Sima ini berkata.

"Kau berhadapan dengan wakil pimpinan Sayap Sima anak muda!  Aku tidak peduli darimana asalmu,  tidak selayaknya kau ikut campur urusan ini.  Gadis yang kau lindungi ini adalah seorang pemberontak dan buronan Kerajaan Majapahit.  Menentang kami...berarti kau menentang Majapahit!"

Andika Sinatria terperanjat.  Pantas saja tenaga orang ini sangat kuat.  Rupanya seorang tokoh penting Sayap Sima Majapahit. 

"Gadis ini adalah pemimpin pengawal kerajaan.  Dia melindungi dan di bawah perlindungan Galuh Pakuan kisanak.  Lepaskan dia...aku tidak mau ada silang sengketa antara Galuh Pakuan dengan Majapahit.  Namaku Andika Sinatria.  Aku putera Raja Galuh Pakuan.  Aku berbicara atas nama Raja dan Kerajaan Galuh Pakuan."

Madaharsa tersenyum lebar.  Ini adalah kesempatan baik yang tidak disangka sangkanya.  Sudah lama dia ingin menonjolkan jasanya kepada Sang Mahapatih Gajahmada.  Tujuannya jelas, menggantikan Ki Tunggal Jiwo sebagai pemimpin tertinggi Sayap Sima.  Galuh Pakuan adalah cara paling mudah untuk mendapatkan simpati Sang Mahapatih.  Dia harus sedikit berhati hati menjalankan rencana liciknya ini.

"Hormat saya Pangeran Andika Sinatria. Nama saya Madaharsa.  Wakil pimpinan Sayap Sima.  Dengan segala hormat, jika pangeran berbicara atas nama Galuh Pakuan, maka saya juga berbicara atas nama Majapahit.  Apakah pangeran sengaja menantang Majapahit dalam masalah ini?...Putri Anjani adalah buronan nomor dua kerajaan kami.  Jika ada yang menghalangi kami untuk menangkapnya, maka itu berarti secara resmi menantang kewibawaan Majapahit.  Jika Putri Anjani adalah pejabat penting di Galuh Pakuan, maka tindakannya sama sekali tidak bisa dibenarkan dan memancing permusuhan antar kerajaan, sebab telah membantu Blambangan memberontak terhadap Majapahit."

Madaharsa bicara dengan berapi api karena sengaja ingin memancing tanggapan lebih jauh Andika Sinatria.  Nampaknya pangeran muda itu tidak gampang terpengaruh.  Jawabannya sangat bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun