Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

31 Desember 2018   09:25 Diperbarui: 31 Desember 2018   09:41 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tinggal Madaharsa seorang yang masih belum menemukan lawan.  Tokoh ini memang tidak peduli harus ikut bertempur atau tidak.  Dia hanya akan melihat di kesempatan mana dia harus turun tangan.  Lagipula, tugasnya adalah memastikan bahwa Maesa Amuk menjalankan tugasnya.  Jika dia ikut campur atau main keroyok, tokoh menyebalkan itu pasti akan berhenti bertempur.

Lembah Alas Roban siang itu menjadi ramai bukan main.  Pertempuran sihir antara Bledug Awu Awu dan Nyai Genduk Roban sangat berimbang.  

Beraneka macam binatang sihir dan wujud wujud ngeri dikeluarkan oleh dua tokoh sihir ini.  Belum nampak satupun yang terdesak.  Kemampuan yang sangat berimbang membuat pertarungan ini nampaknya tidak akan pernah selesai.  Kecuali jika Bledug Awu Awu menimpali serangannya dengan kanuragan, maka Nyai Genduk Roban tidak akan bisa bertahan karena nenek ini memang tidak mempunyai ilmu kanuragan.

Sima Lodra yang dalam pandangan mata Siluman Lembah Muria berubah menjadi dua karena bantuan sihir Ayu Wulan, mampu bertahan melawan tokoh Sayap Sima ini.  Siluman Lembah Muria seringkali salah dalam melakukan serangan karena ditujukan kepada bayangan palsu Sima Lodra.  Jika tidak dibantu sihir Ayu Wulan, tak pelak Sima Lodra pasti akan kepayahan melawan tokoh yang kemampuannya hanya sedikit di bawah Maesa Amuk ini.

Di gelanggang yang lain, Putri Anjani terlihat semakin kepayahan.  Beberapa pukulan Hulubalang Kelabang telah mendarat di tubuh gadis cantik ini. Tidak akan lama lagi, gadis ini pasti akan kalah dalam pertarungan dengan terluka atau bahkan tewas.

Meskipun Dyah Puspita telah mencapai tingkat yang jauh lebih tinggi dibanding saat masih menjadi seorang pejabat Sayap Sima berkat ajian Busur Bintang, namun yang dihadapinya adalah dua datuk dari delapan penjuru mata angin.  Gadis ini hanya sanggup bertahan semata karena keanehan ilmu pukulan Busur Bintang.  Walaupun Raja Iblis Nusakambangan dan Resi Amamba adalah tokoh kawakan dunia persilatan, tetapi mereka sama sekali tidak mengenal ilmu pukulan ajaib ini.  Di sinilah letak keuntungan Dyah Puspita.

Beberapa kali Raja Iblis Nusakambangan mencoba menggunakan ilmu sihir, namun batu Safir Bumi yang dijadikan kalung oleh Dyah Puspita, membuatnya kebal terhadap pengaruh sihir.  Oleh karena itu si Raja Iblis menghentikan upaya sihirnya yang sama sekali tidak membuahkan hasil itu. Apalagi, pelan namun pasti mereka berdua berhasil mendesak gadis tangguh itu.

Arya Dahana yang sedang bertempur hebat melawan Maesa Amuk, masih sempat menyaksikan bagaimana pertempuran lainnya berlangsung. Pemuda ini sangat khawatir melihat keadaan Putri Anjani dan Dyah Puspita.  Jika dibiarkan, tak lama lagi Putri Anjani pasti akan tewas atau terluka parah.  

Sedangkan Dyah Puspita, meskipun sanggup bertahan namun sudah mulai kewalahan dan terdesak. Dilihatnya Bimala Calya hanya termangu mangu bingung menyaksikan pertempuran jauh dari pinggiran gelanggang.  Ingin dia meminta tolong Bimala Calya untuk membantu Putri Anjani namun dia tidak tahu harus bilang bagaimana.  Gadis itu pasti serba salah karena yang akan dilawannya adalah anak buah ayah angkatnya.

Kalau begini, dia harus segera mengalahkan Maesa Amuk agar segera bisa membantu yang lain.  Pikiran ini membuat Arya Dahana memutuskan sesuatu yang nekat.  Dia mengerahkan ilmu pukulan Geni Sewindu yang berhawa panas, sekaligus juga mengerahkan pukulan Busur Bintang yang berhawa dingin.  Tubuh bagian kanannya berselimutkan sinar keperakan sedangkan tubuh bagian kirinya memucat kehijauan.  Perubahan ini mengagetkan Maesa Amuk.  

Tokoh yang terkenal dengan kekebalan dan kehebatan tenaganya ini langsung saja terdesak hebat.  Bahkan sebuah pukulan Geni Sewindu Arya Dahana sempat mampir mengenai pundaknya.  Berkat kekebalan tubuhnya yang luar biasalah membuat pukulan dahsyat ini tidak melukai Maesa Amuk dengan parah.  Namun tetap saja.  Tubuhnya yang tinggi besar terhuyung huyung dan dari ujung mulutnya mengalir sedikit darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun