"Baik pak, untuk ukurannya mau yang mana, ya? Kebetulan kami lagi ada promo, beli ti-"
"...yang biasa aja, mas," kataku, memotong kalimat orang itu.
"Baik, saya ulangi pesanannya ya, pak," balas orang itu, sedikit kesal karena aku memotong kalimatnya. "Tiga es krim rasa french vanilla dengan butterscotch, ukuran medium. Totalnya jadi tujuh puluh lima ribu," lanjutnya.
Aku merogoh kantongku, mengambil beberapa uang yang masih tersisa di dalam dompetku, lalu memberikannya. "Ini ya, mas," kataku, sambil memberikan uangnya.
Beberapa minggu ini, aku mulai menjadi orang yang pelupa. Sebelumnya, aku selalu membawa dompet ke mana pun aku pergi, terutama ke kantor. Biasanya, barang-barangku selalu disiapkan oleh Nisa semalam sebelum aku pergi ke kantor. Namun, kebiasaan itu mulai berubah perlahan.
Sebagai ayah yang baik, tentu saja aku harus mengalah, mengizinkan Nisa untuk memberikan seluruh perhatiannya kepada anakku Nala, apalagi sejak dia sudah mulai berlarian ke sana kemari. Nala adalah anak yang cukup aktif, namun juga penurut. Dia adalah permata satu-satunya yang kami miliki. Dunia baru yang selalu menjadi alasan bagi aku dan Nisa untuk terus berjuang, bertahan sedikit lebih lama.
*
Sesaat setelah membeli es krim kesukaan Nala, aku langsung bergegas ke mobil, meletakkannya di bagian kursi tengah dengan hati-hati agar tidak mencair, tumpah, dan berceceran mengotori kursi.
Aku tidak sabar ingin bertemu Nala, dia pasti sangat bahagia melihat aku datang, apalagi dengan membawa es krim favoritnya. Nisa juga sudah menantikan kehadiranku sejak lama, mereka berdua pasti sedang menungguku di sana.
Mobilku melaju lebih kencang dari sebelumnya, aku terus menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Sinar dari lampu penerangan di jalan tol kini berubah perlahan menjadi garis-garis cahaya yang melesat dengan cepat. Ketika melihat ada celah kosong, aku mengarahkan mobilku supaya bisa melaju lebih cepat lagi.
Aku harus segera bertemu Nisa dan Nala, mereka pasti merindukanku. Semoga aku masih sempat memberikan es krim kepada mereka sebagai permintaan maaf, sebelum mencair, tumpah, lalu mengotori kursi tengah mobilku lagi.