Mohon tunggu...
Marshel Leonard Nanlohy
Marshel Leonard Nanlohy Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Finding God In All Things

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Es Krim (Cerita Pendek)

13 Juli 2024   12:29 Diperbarui: 13 Juli 2024   12:31 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Es Krim (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

"Oke, kalau begitu, kamu lebih suka burung dara atau burung merpati?" tanyaku, menguji pengetahuan Nala, sekaligus menanyakan binatang favoritnya.

"Dua-duanya kan sama aja, ayah!" protesnya. "Nala suka burung cenderawasih, karena warna bagus," katanya menjelaskan.

"Mana coba, ayah mau lihat gambarnya?" aku merespons, penuh rasa penasaran.

Nala lalu membuka buku ensiklopedianya, membuka lembar demi lembar, lalu menunjukkan gambar pada bukunya kepadaku, jarinya tertuju pada gambar burung cenderawasih yang cantik. "Ini ayah, liat deh," katanya penuh antusias.

Aku melambatkan laju mobilku, mengerlingkan mataku sejenak ke arah bukunya, sambil sesekali menatap jalanan. "Wah, bagus ya," kataku, memuji seleranya.

Sore itu, Nisa memilih untuk tidak ikut karena sibuk mempersiapkan urusan sekolah Nala. Beberapa bulan lagi, Nala mulai masuk sekolah, bertemu dengan teman-teman baru. Aku tidak bisa menemani Nisa karena sudah berjanji akan mengajak Nala jalan ke luar, menikmati sore menjelang akhir pekan.

Aku dan Nala kemudian pergi menuju sebuah jembatan yang melintang di atas jalan tol. Matahari mulai menunjukkan pesonanya, warna kuning keemasan yang dihiasi dengan semburat merah menjadi pemandangan kami sore itu. Aku menghentikan mobilku di tepi jalan, lalu kami keluar untuk menyaksikannya secara langsung.

Aku menggandeng tangan Nala, lalu menuntunnya ke arah jembatan. Aku mengantarkan Nala, tangannya menggenggamku erat sambil melangkah perlahan menuju tempat yang paling indah untuk menyaksikan cahaya matahari senja.

"Nala tunggu di sini sebentar ya, nak," perintahku. "Ayah mau ambil es krimnya di mobil," kataku, sambil melepaskan gandenganku, lalu melangkah pergi menjauh dari Nala.

Nala tidak memberikan jawaban, dia hanya mengangguk, tersenyum tipis ke arahku, lalu memalingkan pandangannya. Nala terdiam, takjub memandangi langit sore, melihat pendaran cahaya jingga keemasan yang ditampilkan oleh sang mentari.

Aku lalu berjalan menuju mobil, sambil sesekali melihat ke belakang untuk memastikan Nala masih ada di sana. Aku percaya Nala adalah anak yang pintar, dia selalu menuruti perkataan orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun