mendapati Hanif yang selalu menenteng buku dan duduk di depanku lagi.
“Eh kemana tu orang?” pikirku dalam hati. Bukan apa-apa, jika aku tidak
melihatnya hari ini. Namun, ternyata secara tidak langsung kebiasaanku
memperhatikan Hanif di dalam kelas, membuatku tahu jika ada yang aneh
atau tidak biasa dilakukan Hanif.
Seperti hari ini, Hanif tidak biasanya datang lima menit sebelum
ujian dilangsungkan. Biasanya, dia datang lima belas menit sebelumnya
dengan buku-buku yang ditentengnya. Tak lama kemudian, Hanif datang.
“Eh, itu Hanif si Kutu Buku baru datang,” celetukku dalam hati, lagi.
“Tunggu! Mana buku-buku yang biasa melekat di tanganmu? Terus... eh eh
mau duduk dimana kamu? Bangku kebanggaanmu kan di sini, bangku di depan