Sejak “ISIS” menyatakan pembentukannya sebagai “negara” dua tahun lalu, pada bulan Agustus 2014, kelompok ekstrimis ‘ISIS” telah mengalamani fase ekspansi yang sangat cepat dan bertumbuh, sempat pada masa puncaknya menduduki 40% wilayah Syria dan 30% wilayah Irak.
Selama fase itu, pengaruhnya dominan, dan berhasil menarik puluhan ribu ekstrimis dari lebih dari 100 negara dan kawasan, dan mendapatkan laoyalitas dan pengikut dari kelompok radikal dari berbagai kawasan. Tapi sekarang, setelah berulang kali dibom oleh koalisi kontraterorisme, kekuatannya telah menderita pukulan besar.
Sejak akhir September 2015, setelah Rusia bergabung dalam pertempuran melawan kontraterorisme di Timteng, bersama dengan kekuatan militer Syria dan Batalyon Syiah regional serta pasukan Kurdi yang didukung AS, telah terjadi serangan balik, dan kekuatan kontraterorisme giliran mengambil posisi optimis.
Pasukan ekstrimis kehilangan Palmyra di Syria dan Fallujah di Irak, sehingga wilayah yang mereka kendalikan berkurangi sepertiga dari sebelumnya. Sehingga secara langsung mengurangi banyak kemampuan berperangnya, beberapa tokoh pimpinan seniornya juga tewas dengan gempuran terus-menarus dari AS. Abu Bakr al-Bahdadi juga dipaksa untuk mengurangi penampilannya atau terlihat keluar.
Haider al-Abadi, PM Irak memberi peringatan: “Ini adalah pesan ke ‘ISIS.’ Tidak ada tempat bagi kalian di Irak. Militer kami telah melaksanakan janji untuk memulihkan Fallujah. Pemimpin kalian telah meninggalkan kalian. Mereka telah membuat janji kepada kalian, tetapi telah mengikari janji mereka.”
Kemenangan Fallujah tidak diragukan lagi merupakan pukulan yang menghancurkan untuk “ISIS.” Fallujah terletak di Provinsi Al Anbar Irak bagian barat, berjarak 50 km dari ibukota Bagdad, merupakan salah satu kota Irak yang direbut “ISIS” dulu pada awal serangan pasukan ekstrimis.
Pada tahun 2014, ketika pasukan ekstrimis berada di puncak mereka, mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga 40% dari wilayah Irak. Sekarang, Fallujah telah bisa dibebaskan, ini berarti wilayah mereka telah menyusut menjadi kurang dari 10% .
Shisham Hashimi, seorang ahli dari Militer dan Strategi Irak mengatakan, pada kenyataannya, kemenangan operasi bukan hanya kemenangan bagi perang melawan terorisme Irak. Kemenangan di Fallujah merupakan salah satu yang utama besar, yang berakibat pukulan besar pengaruhnya terhadap kelompok-kelompok ekstrrimis di Irak, yang telah memaksa mereka untuk mengubah strategi mereka.
Menurut para analis dan pengamat Timteng, ada beberapa keberhasilan baru-baru ini dalam memerangi “ISIS” di Irak, seperti Fallujah pada dasarnya telah pulih. Tapi pengikut setia “ISIS” yang lolos dari Fallujah telah merembes dan menyebarkan ajaran mereka. Dan beberapa ledakan yang mengerikan baru-baru ini di Bagdad dilakukan oleh orang-orang ini.
Peneliti dari Institue Charles yang berbasis di AS mengatakan bahwa gaji yang menjadi lebih rendah “secara signifikan” mempengaruhi semangat kelompok ini. Di al-Raqqah, ada laporan ada makin banyak pertikaian dan konflik antara faksi-faksi oposisi.