Menyalahkan Blair sendiri untuk perang Irak jelas tidak adil sebab pada waktu itu pemerintah Bush yang sebenarnya yang menyebabkan perang.
Pada kenaytaanya, munculnya kelompok-kelompok ekstrimis, dan situasi semakin kacaunya Timteng, opini publik sudah lama melemparkan dan menyalahkan kepada AS. Adalah kebijakan AS di Timteng yang menyebabkan kelompok-kelompok ekstrimis untuk terbentuk dan tumbuh.
Pada konferensi pers yang diadakan oleh Multilateral Coalition Against Extremist Groups juru bicara Christopher Garver, ditanya oleh seorang wartawan: “Ada yang mengatakan bahwa kebijakan AS di Timteng yang menyebabkan lahirnya “ISIS.” Dan hari ini ada laporan Inggris tentang Perang Irak yang baru diterbitkan sekarang. Yang pada dasarnya mengatakan perang itu tidak benar-benar diperlukan dan itu tidak sah/legitimasi. Apakah Anda pikir sekarang membereskan kekacauan dengan “ISIS” adalah untuk menebus kesalahan/dosa?”
Christopoher menjawab: “Saya tidak ingin masuk perdebatan dari mana mereka berasal. Kita tahu bisa ditarik kembali akar permasalahan ke Al Qaeda, kita tahu bisa kembali ke akar lebih jauh dari itu dalam sejarah Operasi Pembebasan Irak, itu sudah terkenal dan saya tidak perlu masuk dalam perdebatan itu. Yang saya tahu adalah mereka adalah kekuatan yang ada di depan kita sekarang.”
Meskipun pejabat Dephan AS menghindari menjawab pertanyaan media, beberapa akademisi di AS percaya bahwa AS harus bertanggung jawab atas kekacauan di Timteng, dan harus “membayar tagihannya atau bonnya” untuk merajarelanya ekstrimis.
Sejarahwan AS, Peter Kutnick mengatakan: “ Jadi sebenarnya ‘ISIS’ mulai terbentuk di tahun 2004, merupakan kombinasi dari jihadis, ekstrimis yang dibantu dan didukung AS dari mantan anggota partai terasing pada waktu rezim Hussein di Irak, yang merasa frustasi, mereka tidak punya pekerjaan, tidak punya pengaruh, dan mereka membentuk kelompok pemberontakan ini. Kemudian menyebar berkembang beberapa tahun ke depan di kemudian hari. AS yang menciptakan mimpi buruk ini, dan sekarang coba untuk menangani.”
Juru bicara “Iraq’s Joint Ministry Command”---Yahy Resool mengatakan : “Kita tahu bahwa ketika pemerintah jatuh pada tahun 2003. Sejak saat itu, kegiatan teroris di Irak tidak pernah berhenti. Ada Al Qaeda, Organisasi Tauhid & Jihad (TJT/ The organization of Monotheism and Jihad) dan yang terbaru ‘ISIS’ juga sudah mulai menyebar-luaskan terorisme di Irak, dan jumlah pengikutnya meningkat.”
Saat ini, “ISIS” telah menggantikan Al Qaeda untuk menjadi inti dari terorisme internasional, terutama penyebab dari serangan teroris berskala besar, menyebarkan ideologi ekstrimis dan kelompok-kelompok ekstrimis yang setia/fanatik di seluruh dunia.
“ISIS” menyerukan untuk melakukan pertempuran kepada pendukung mereka di dua front, terhadap “musuh yang jauh” negara-negara Barat dan juga “yang dekat” negara Arab yang sekuler. Dalam hal ini menekankan “jihad ofensif” terhadap semua yang beroposisi dengannya. Pendek kata sekarang membasmi ‘ISIS menjadi teka-teki global.
Agar sukses dalam perang melawan “ISIS” selain melihat bagaimana AS menyesuaikan kontraterorisme dan kebijakan regional juga memperkuat koordinasi dengan Rusia, dan memberi perhatian terhadap partai lain dalam konflik regional harus juga perlu diperhatikan.