Pada saat itu Pak Gid mulai memperhatikan jam tangannya. "Sudah jam empat….". Gumamnya yang lalu menatap ke arah Mira. "Entah mengapa pembicaraan kita menjadi sedikit melenceng. Lalu, Bagaimana? Apakah kamu ingin meminta sebuah saran dari bapak?".Â
Seketika itu Mira pun mulai bangkit berdiri dari duduknya dan menatap ke arah depan. "Hmm… sepertinya aku akan melakukannya saja sendiri dan mengatakannya secara langsung ke-kepadanya… ". Mira mulai merasa malu lagi sembari menundukkan kepalanya lagi.Â
Pak Gid pun mulai berdiri sembari memperhatikan jam tangannya kembali.Â
Dan lalu setelah itu ia pun mulai menyentuh kepala Mira di sampingnya. "Seperti yang bapak bilang sebelumnya. Bapak tidak bisa memberikan saran yang baik soal percintaan. Tapi sebenarnya bapak mempunyai saran yang sepertinya akan beguna untukmu". Ujarnya sembari terlihat sedang berpikir.
Mira pun mengangkat wajahnya sembari memperhatikan Pak Gid yang sedang berpikir.Â
"Hmm… bapak tidak terlalu begitu ingat….". Ucap Pak Gid sembari memandang ke arah atas. "Tetapi intinya adalah…. setiap kali manusia mulai merasakan sesuatu dalam hatinya. Mereka harus segera mengeluarkannya, karenanya itu akan membuatmu merasa lebih baik lagi daripada harus di pendam". Pak Gid pun mulai menatap ke arah Mira. "Ya. Kira-kira seperti itulah yang pernah teman bapak bilang sebelumnya kepada bapak. Bagaimana? Apakah itu membuatmu merasa tenang?".
Mira menundukkan kepalanya. "Mengeluarkannya…. ". Gumamnya yang lalu mulai mengangkat wajahnya kembali. "M-Maksud bapak..… aku harus mengeluarkan semua perasaanku ke-kepadanya?". Ucapnya.Â
"Ah, ya. itulah intinya. Jadi daripada kita memendam perasaan yang nanti akan membuat kita merasa gelisah, lebih kita mengeluarkannya saja agar kita merasa lega… ". Ujar Pak Gid dengan keyakinannya.Â
"La-Lalu… bagaimana kalau Ben… ". Mira mulai merasa gelisah.Â
Pak Gid mulai menarik kembali tangannya dari atas kepala Mira dan lalu menghela nafasnya. "Hidup itu memang penuh resiko, Mira. Dan setiap manusia pasti sudah terbiasa dengan hal itu, kenapa sekarang kamu harus ragu?". Bijaknya.Â
"Lalu… mengapa hidup itu harus penuh dengan resiko, Pak Gid?".
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146