"mahu nemuin temenku apa tuh cewek... ayooo...!"
"Cikaaa...!"
Keluhku dengan nada datar berharap cika tak lagi menggodaku.
Rindang pohon yang ada di sepanjang tepi jalan tengah kota memayungi langkah kaki kami dengan sesekali menjatuhkan sehelai dua daunnya yang menari-nari mengikuti irama angin sore.
Sedangkan kicauan goda di sampingku masih tetap saja berlanjut menghujaniku...
Â
Terlihat Taman kota beratap dedaunan rindang yang tercengkram rerenting dari delapan pohon besar itu mulai dekat dengan tujuan perjalanan kami.
Aku berharap gak ketemu lagi ama tuh cewek aneh, walau memang gak ada yang salah dengan sikapnya, namun ku rasa gak salah juga dengan sikapku yang gak suka dengannya.
Â
"mana ya Wan, makluk aneh yang kamu maksud tadi...?"
Â