"kukuuruyuuuk...!"
Aaacchhh...hahhh..., rasa kantukku belumlah hilang, teriakan ayam sudah mengajakku tuk hidup lagi.
Seperti hari yang sudah-sudah, ku awali rutinitas pagiku tanpa banyak kata, menimba air dari sumur, mengisi gentong dapur buat masak nenek, bak mandi pun harus terisi penuh tuk persediaan mandi nenek, aku dan tanteku yang tercantik.
Â
Kesejukan fajar yang berselimut kabut menahan peluhku, kepulan asap mengambang di atas genting dapur tatkala kayu membakar tumpu dan aroma yang semerbak menggugah keinginan tuk melihat dan mencicipi..
"masak apa sih nek? Aromanya kok manggil-manggil aku suruh nyicipin?"
"opo toh Wan.. Wong yo mong sambel trasi iki lho karo tempe goreng, wes kono ndang mandi teros subuhan!, iki tak matengne disek sarapanne"
"njeh nek..."
" karo kae, bulekmu di gugah!, wong wadon kok yahmene durong tangi, ngono kok konpayu rabi!"
"biarin aja nek, mungkin bulek lagi mimpi indah, nanti malah akunya yang kena tendang lagi!"
Begitu singkat tetesan fajar membangunkan jiwa, perlahan sinar mentari pun menembus kabut yang membungkus dinginnya pagi. Ku buka pintu depan, ku lihat sosok yang muncul dari gumpalan kabut dan berjalan ke arahku.