"Ayo Teana, kita makan dulu." bisik Galata.
Malam itu adalah malam yang menyedihkan bagi Teana. Kenangan kedua orang tuanya muncul dalam ingatannya. Nasihat Rashad masih ia ingat. Selendang pemberian Aairah masih ia simpan.
Setelah menghabiskan makanannya, Teana pamit untuk tidur. Ia sengaja memilih tidur diatas ranjang kedua orangtuanya. Ia ingin merasakan kehangatan pelukan orang tuanya. Saat hampir tertidur, Teana mendapati permadani yang ia tiduri terlihat kecoklatan. Dua buah bercak kecoklatan. Lalu ia meraba dan mencium aroma bercak itu.
"Ada sesuatu yang tidak beres." gumam Teana. Lalu ia merapikan permadani itu dan melanjutkan tidurnya.
Keesokan paginya, Teana dan Almeera berangkat menuju sebuah altar di Kompleks Al Djinn. Teana ingin memberikan penghormatan terakhir untuk kedua orang tuanya.
Sesampai di altar, tangis Teana makin menjadi. Ia berlari menuju jasad kedua orang tuanya yang hampir menjadi tulang belulang. Pakaian penutup jasad itu hampir koyak seluruhnya. Hanya beberapa bagian yang nampak utuh. Nampaknya burung pemakan bangkai hanya menyisakan sedikit daging yang melekat di jasad kedua orang tuanya.
"Ayaaah... Ibuuu..." teriak Teana lepas sambil memeluk jasad kedua orang tuanya.
Teana mencium pipi kedua orang tuanya. Lalu merapikan serpihan -- serpihan baju orang tuanya. Ketika ia merapikan serpihan kain di bagian kaki kedua orang tuanya itu, ia melihat bercak kecoklatan yang sama dengan bercak diatas permadani tempat ia berbaring semalam.
"Ternyata kalianlah pelakunya..." gumam Teana. Lalu Teana mengambil Jambia miliknya dan memotong kain itu. Ia masukkan kembali Jambia miliknya beserta potongan pakaian milik kedua orang tuanya.
Tiba -- tiba sebuah suara memanggil namanya. Suara berat seorang wanita tua. Tubuh Teana terdiam. Darahnya seperti berhenti mengalir.
"Teana, dengarkan aku. Aku mengenal siapa ibumu. Aku tahu siapa ayahmu. Asal -- usulmu pun aku tahu. Tak perlu kau takut. Aku berpihak kepadamu. Suatu saat akan aku katakan siapa aku. Saat ini aku hanya ingin menyampaikan bahwa kau harus berhati -- hati. Lindungilah bangsamu. Bangsa Nabataea. Karena saat ini musuhmu telah ada didepan mata. Musuhmu bukanlah makhluk biasa. Mereka adalah Bangsa Bawah yang ingin menguasai Kota Petra. Aku serahkan urusan ini kepadamu. Karena kau adalah manusia pilihan. Berhati -- hatilah Teana."