Sementara itu Yodh dan beberapa pengikutnya merasa puas. Mereka telah berhasil membalas kekalahan mereka. Kota Hegra kini dalam genggamannya. Tanpa patung Dewa Dhushara yang asli, ia bisa menguasai kota itu dengan mudah. Ia bisa menyebarkan sihirnya di kota itu.
"Selamat atas kemenangan Yang Mulia, kami sangat senang mendengarnya." ucap seorang pembesar kerajaan.
"Sebentar lagi kita bisa menguasai Kota Hegra dengan mudah Yang Mulia." Sahut yang lainnya.
"Kalian benar. Kota Hegra kini bukanlah apa -- apa bagiku. Sebelum aku kembali kemari, aku telah menyebarkan sihirku di kota itu. sebentar lagi kota itu akan musnah tak bersisa." ucap Yodh dengan bangga. Matanya menyala kehijau -- hijauan.
Malam itu, setelah Yodh berhasil membunuh kedua orang tua Teana, Taw membisikkan rencananya kepada Yodh. Rencana untuk menyebarkan penyakit dan sihir di seluruh penjuru Kota Hegra. Dan Yodh pun menyetujui rencana itu.
***
Keesokan paginya, Hamra -- wanita pelayan Aairah berteriak cukup keras didalam tenda milik majikannya itu. Penjaga tenda segera berlarian masuk. Mereka mendekati Hamra yang sedang menangis dibawah telapak kaki Aairah dan Rashad.
"Tuan... Nyonya... Banguuuun... Tuaaan... Nyonyaaa..." ucapnya pilu. Namun sayang, kedua tubuh majikannya hanya diam terbujur kaku. Tak bergerak sedikitpun.
Galata datang setelah mendapatkan laporan dari penjaga tenda. Galata terlihat tegar berdiri disamping jasad kedua orang yang sudah ia anggap sebagai orang tua kandungnya itu. Sesekali ia menengadah keatas dengan mata berkaca -- kaca. Ia sungguh tak menyangka bahwa kedua orang yang sangat ia sayangi harus meninggal secepat itu.
"Teana... Kau dimana?" gumam Galata.
Sesuai hukum adat Bangsa Nabataea, semua keturunan Bangsa Nabataea yang telah meninggal harus disemayamkan di altar di kompleks Al Djinn terlebih dulu sebelum tulangnya disimpan di pemakaman keluarga. Tak terkecuali orang tua Teana.