Setelah suara itu menghilang, Teana kembali pada kesadaran dirinya. Ia menarik napas yang panjang.
Tepat diatas sebuah batu cadas tak jauh dari altar, berdirilah seorang wanita cantik dengan seekor singa berkepala elang bersayap kelelawar.
"Bantulah Teana. Jangan biarkan ia sendirian Dalath."
"Baik Yang Mulia Ratu Mehnaz. Hamba akan membantu Teana. Hamba berjanji."
***
Malam itu setelah kepulangan Teana dari Kompleks Al Djinn. Beberapa penduduk yang terjangkit penyakit aneh tiba -- tiba berteriak -- teriak. Mereka berhamburan keluar tenda dan membuat keributan di beberapa tempat. Penjaga tenda milik Teana mulai meningkatkan penjagaan.
"Tuan, berhati -- hatilah. Jangan keluar tenda. Diluar sedang bahaya." ucap salah seorang prajurit kepada Teana.
Namun hal itu membuat Teana tidak takut sedikitpun. Setelah ia mengganti jubahnya, ia melangkah keluar tenda. Ia melihat beberapa penduduk berlarian menyelamatkan diri gigitan penduduk yang terserang penyakit aneh.
Teana hanya bisa melihat keanehan itu tanpa bisa berbuat apapun.
"Prajurit, mengapa kau diam saja? Tolonglah wanita itu cepat." teriak Teana.
"Maaf Tuan, hamba tidak bisa menolongnya. Karena jika kita terkena gigitan mereka, tubuh kita akan berubah menjadi seperti mereka. Bersisik dan berbau aneh."