"Ayah, perlu Ayah tahu. Akhir -- akhir ini penjualan Myrrh milikku tidak begitu laku. Sebab Ayah tahu sendiri banyak terjadi penjarahan di kota. Apa yang harus aku lakukan Ayah?"
"Sudahkah kau mencoba mencari wilayah baru untuk berdagang?"
"Belum Ayah. Aku belum memutuskan hendak kemana. Namun Almeera memberiku saran untuk pergi ke Pulau Lycia. Aku bingung. Aku belum pernah pergi kesana sebelumnya. Aku takut mengalami kegagalan Ayah."
"Anakku, kau tidak perlu bingung. Kau tahu pelangi?"
"Iya Ayah. Kenapa dengan pelangi?"
"Pelangi itu indah bukan? Banyak orang yang memuji -- muji keindahannya. Namun apa kau sadar bahwa sebelum pelangi itu muncul, ia harus berhadapan dulu dengan hujan. Apakah kau pernah memikirkan itu?"
"Maksud Ayah apa?" Teana menegakkan badannya. Memandang mata Rashad penuh tanda tanya.
"Makna dibalik itu semua adalah jika kau ingin mengharapkan keberhasilan, maka kau harus berani menghadapi tantangan dan pantang menyerah."
Teana terdiam. Matanya menerawang jauh ke langit Petra yang dipenuhi gemerlap cahaya bintang.
"Aku mulai paham maksud Ayah. Jadi aku harus bangkit dari keterpurukan ini dan memulai lagi dari awal." ucap Teana penuh keyakinan.
"Benar anakku. Belajarlah dari kegagalan."