"Ibu Daleela?" tanya Teana.
"Benar sekali. Kau mengingatnya?"
"Iya Ayah. Dulu waktu ibu kerumahnya, aku ikut kesana. Saat ibu berbincang -- bincang dengannya, aku selalu ditemani oleh Galata. Kami bermain hingga sore."
"Kau memang cerdas. Ingatanmu sangat tajam." puji Rashad. Teana tersenyum.
"Ayah, bisakah kita keluar sebentar?" tanya Teana.
"Hari sudah larut anakku. Tidakkah kau lelah?"
"Tidak Ayah, ada yang ingin aku bicarakan dengan Ayah. Tapi tidak disini."
"Baiklah."
Setelah mereka mengambil jubah bulu meerkat dan memakainya, mereka berdua berjalan keluar penginapan Al Anbath. Mendaki sebuah bukit batu kecil yang terletak tidak jauh dari penginapan.
"Kita duduk disebelah sana saja Ayah." ucap Teana sambil menunjuk sebuah batu besar yang datar permukaannya.
Malam itu udara cukup dingin, kepulan uap keluar setiap kali mereka menghembuskan nafas.