Sedangkan Almeera mengikuti Teana dari belakang dengan perasaan takut bercampur jijik. Sesekali ia menyingkap jubahnya agar ia bisa menghindari ular -- ular itu.
"Tuaaaan... Tunggu aku!" teriak Almeera.
Teana dibuat terkejut setelah memasuki Kuil. Puluhan hewan melata itu saling bertindihan diatas meja altar, sebagian mendesis -- desis diatas lantai dan menuruni tangga masuk kuil.
Beberapa penduduk wanita yang sedang berdo'a terjebak di salah satu sudut ruangan. Mereka diam tak berkutik. Bergerak sedikit saja, nyawa taruhannya. Sebab ular -- ular itu sangat berbisa.
"Toloooong.... Tolong kami," teriak salah satu dari mereka."
"Kalian diamlah disitu. Tenanglah jangan bergerak. Aku akan segera menolong kalian."balas Teana.
Teana melihat sebuah tongkat kayu tidak jauh dari tempat Almeera berdiri.
"Almeera... lemparkan tongkat itu padaku!"
Dengan cepat Almeera melempar tongkat itu ke arah Teana. Kemudian Teana membuat jalan dengan cara menyingkirkan satu persatu ular dihadapannya.
"Cepat keluar, aku sudah membuatkan jalan untuk kalian." teriak Teana. Tanpa berpikir panjang, para wanita itu segera melangkah keluar.
"Almeera.... Segera perintahkan orang -- orang untuk membuat api unggun. Buatlah api unggun itu tepat dibawah anak tangga. Agar aku mudah melempar mereka keluar dan membakar seluruh ular ini." perintah Teana sambil terus mengumpulkan ular -- ular itu ke satu titik tepat dibawah anak tangga.