"Bukankah di Kuil Al Khazneh sudah ada patung Dewi Uzza? Mengapa ada dua kuil untuk Dewi Uzza?"
"Itu atas usul beberapa pendeta di Kota Petra Tuan. Para pendeta menginginkan keselamatan dan kesejahteraan bagi penduduk disini. Sehingga mereka membangun kuil untuk Dewi Uzza."
Tiba -- tiba...
"Cepat jalan...!" perintah seorang prajurit dari dalam kuil sambil membawa seseorang yang diborgol tangannya. "Cepat menunduk!" prajurit itu mendorong tawanan yang dibawanya agar menunduk dihadapan Ghalib.
"Lapor Tuan, ini adalah salah seorang pelaku kerusuhan kemarin yang berhasil kami tangkap." ucap penjaga kuil. Kemudian prajurit itu membuka kain penutup kepala si tawanan.
"Demi Dewa. Kami memohon perlindunganmu..." ucap semua yang hadir kaget. Wajah si pelaku terlihat jelas. Seluruh wajahnya tertutup oleh sisik ular, lidahnya menjulur keluar mengeluarkan suara mendesis.
"Makhluk apa ini?" ucap Rashad.
"Entahlah Tuan, semalam kami berhasil menangkapnya didalam kuil dalam keadaan tak berdaya."
Sesaat kemudian Teana ingat bahwa kemarin ia sempat melukai seekor ular yang berhasil kabur. Tepat di bagian leher ular itu. Bekas luka itu nampak juga di leher manusia ular yang kini berdiri dihadapannya. Teana hanya diam.
Penyelidikan berlanjut, Rashad dan Ghalib berusaha mendapatkan informasi dari manusia ular itu. Namun usaha mereka sia -- sia. Sebab manusia ular itu hanya bisa mendesis tanpa bisa bersuara layaknya manusia. Mereka hampir putus asa karena tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.
"Tuan, sebaiknya kita bunuh saja manusia ular ini sebelum diketahui oleh penduduk. Hamba khawatir penduduk akan bertambah ketakutan jika mengetahui adanya manusia ular ini." usul penjaga kuil.