Kita tak bisa paksakan agar pandangan kita sama. Kita menghargai apapun pandangan orang lain. Gafatar membaca situasi rumah bangsa saat ini sudah hancur, sebab pondasinya sudah tak ada (tak digunakan). Tanpa ideologi bangsa tak bisa berdiri. Orang bilang ini zaman edan, zaman zahiliyah modern, zaman terbolak balik.
Jika kita simpulkan hancur, lantas tugas pertama kita adalah membangun kembali pondasinya. Kita hidupkan kembali ideologi Pancasila. Kita tiupkan ruh Pancasila dalam kesadaran bangsa Indonesia. Caranya kita lakukan re-intrepretasi kembali Pancasila kemudian kita internalisasi dan kita implementasikan.Â
Â
Eka Sila
Sila Pancasila tak perlu ditambah dan dikurangi hanya pemahaman kita saja terhadap Sila Pancasila yang diperbaharui. Kita butuh pemahaman yang lebih jernih dan mendalam terhadap Pancasila. Sudah lama Pancasila 'tidak hidup' dalam kesadaran bangsa.
Kita ingat Bung Karno pernah 'memeras pancasila' menjadi eka sila yaitu gotong royong. Gotong royong melekat sebagai jati diri bangsa. Ruh gotong royong yang hidup akan dapat menggerakkan semua sendi kehidupan bangsa. Gotong royong menjadi tenaga gerak pembangunan yang luar biasa. Kita sungguh menikmati kesadaran gotong royong di tengah kehidupan kita.
Gafatar juga memeras Pancasila menjadi eka sila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia yang hidup dengan ruh tuhan pasti memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membangun bangsa bahkan dunia. Gotong royong adalah bahagian dari ekspresi kecintaan kita kepada Tuhan. Jadi gotong royong adalah wujud dari manusia yang mengabdi kepada Tuhan. Hanya dengan mengenal dan mengabdi kepada Tuhan bangsa kita pasti menjadi mercusuar dunia.
Â
Kemunafikan
Aneh, kita menjunjung tinggi Pancasila tapi kita tak mengenal Tuhan. Semua agama mengakui dasar negera ini sudah final yaitu Pancasila, namun tindak tanduknya justru bertentangan dengan Pancasila. Banyak orang mengaku Pancasilais namun perbuatannya anti Pancasila. Sikap munafik tumbuh subur dinegeri tercinta ini.Â
Semua agama punya pemahaman, kalau sudah satu agama akan masuk surga betapapun bejat perbuatannya. Agama yang lain itu salah besar, tempatnya neraka. Apapun perbuatan baik yang diperbuat ummat agama yang berbeda, semuanya salah. Biar bejat, asal beragama sesuai dengan panduan tak masalah. Jadi, kemunafikan menjadi sikap yang dilegalkan dan distempel oleh agama.Â