Mohon tunggu...
Mahameru
Mahameru Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gafatar dan 'Orang Bodoh'  yang Mengikutinya

14 Februari 2016   17:55 Diperbarui: 14 Februari 2016   18:44 2988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Iuran Anggota

Setiap bulan, kami rutin mengumpulkan iuran anggota. Hanya dengan iuran (gotong royong) organisasi ini dapat berjalan. Keyakinan untuk berkorban menjadi alasan mutlak mengapa organisasi terus bertumbuh. Pada setiap keluarga, kami tekankan mesti pandai membagi pendapatan yang kami miliki, untuk iuran dan untuk makan.   

Bila diratakan iuran setiap orang minimal seratus ribu rupiah sebulan. Bila di satu DPD ada 250 orang yang beriuran. Kami bisa kumpulkan 25 juta sebulan. Setiap struktur punya jatah masing-masing. Semua dana digunakan untuk kepentingan organisasi dan aksi sosial. Kita menolak pemberian bantuan uang namun kita menerima bantuan alat baksos seperti cangkul, mesin potong rumpun dan lainnya.

Sudah jarang kita temui organisasi dengan pendanaan mandiri. Tidak sedikit tuduhan dana gafatar dari luar negeri. Silahkan ditelusuri. Jika terbukti dari luar negeri kami setuju ini adalah organisasi sesat dan menyesatkan. Tidak sesuai misi sucinya dengan perbuatan. Saya ada di dalam bisa menjadi saksi. Tidak satu senpun dana yang berasal dari luar anggota. Kami datang bukan untuk dibayar atau mendapatkan upah. Kami bergabung justru untuk menyerahkan semua harta kami kepada Tuhan.

Bisakah kita bayangkan, jika semua bangsa Indonesia menyerahkan hartanya kepada negara? Sebesar dan sekuat apakah negara kita? Jika negara kuat pasti rakyat kuat. Namun saat ini yang terjadi sebaliknya. Kita sibuk merampok uang negara. Akhirnya negara bangkrut, koruptor semakin kaya. Negara tunduk pada para penjarah. Kasihan benar ratusan juta bangsa Indonesia.

Keyakinan Adanya Juruselamat

Sebelum bergabung, saya hanya pernah membaca bahwa ditengah masyarakat Indonesia ini hidup subur pemahaman mesianic. Saya tahu banyak orang 'menunggu' ratu adil, menunggu satrio piningit, menunggu imam mahdi, menunggu sang penyelamat. Keberadaan manusia penyelamat adalah suatu keniscayaan. Manusia sadar kondisi akhir zaman sedang rusak parah. Manusia biasa tak akan mampu menyelesaikan masalah. Makanya banyak orang berharap ada manusia dengan kekuatan super, sakti mandraguna diluar nalar mereka.

Tentang kondisi akhir zaman, banyak buku tersedia. Saya mulai banyak membacanya. Secara umum dapat disimpulkan, pada kondisi kerusakan yang parah, Tuhan akan bekerja untuk menyelamatkan manusia. Bentuk, proses atau cara bekerja Tuhan inilah yang tidak sama dipahami ummat manusia. Semua kelompok punya pandangan berdasar keyakinan mereka masing-masing.

Dalam pandangan kami, Tuhan akan memilih satu atau kelompok yang terpilih. Siapa itu? Hanya Tuhan yang tahu. Bisa saja ada banyak orang atau kelompok muncul sebagai pilihan tuhan. Tak masalah, sebab orang yang mengenal tuhan perilakunya pasti sesuai dengan kehendak tuhan. Pasti memiliki sifat-sifat terpuji seperti sifat para nabi. Semakin banyak sifat orang terpuji semakin baik. Sebab kita memang diperintahkan untuk berlomba berbuat kebaikan. Semakin banyak orang berbuat baik, dunia akan kembali damai dan sejahtera.

Mana yang benar atau salah, Tuhan sendiri yang akan membuktikannya. Waktu akan menentukan dan menjawab semuanya. Setiap tanaman pasti akan berbuah pada waktunya, sudah menjadi ketetapan Tuhan. Hukum Tuhan pasti berlaku kepada seluruh mahluknya. Gandum dengan ilalang akan berbeda pada waktunya.

Dengan pemahaman ini, kita menjadi semangat. Tak perlu saling menghujat satu dengan yang lain. Tak perlu merasa paling benar. Kami hanya berupaya sekuat tenaga, dengan seikhlasnya berbuat sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan. Jika ada perbuatan yang salah, negara atau pemerintah bisa bertindak. Jika pemahaman ini dimiliki semua kelompok yang ada, saya yakin tak ada masalah. Semua tinggal dinilai dari perbuatannya saja. Mana yang berlawanan dengan hukum segera ditindak. Kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita perbuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun