Mohon tunggu...
Mahameru
Mahameru Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gafatar dan 'Orang Bodoh'  yang Mengikutinya

14 Februari 2016   17:55 Diperbarui: 14 Februari 2016   18:44 2988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu gerakan budaya yang menjadi unggulan di gafatar adalah budaya gotong royong. Gafatar ber azas Pancasila. Karakter mereka yang mengaku mengenal Tuhan pasti hidup dengan budaya gotong royong. Budaya gotong royong akan menjadi modal dasar yang sangat luar biasa bagi bangsa kita. Sudah terlalu lama kita tidak menggerakkan budaya gotong royong menjadi gaya hidup ditengah kita. 

Gotong royong hari ini justru semakin redup. Gorong royong ada hanya sebatas program kerja dan seremoni. Masuknya budaya asing yang mengedepankan sifat individu dan persaingan menyingkirkan budaya gotong royong. Ketidak percayaan ditengah masyarakat, sikap egoisme suku dan agama juga mengurangi semangat gotong royong. 

Gotong royong adalah budaya luhur bangsa yang sudah hidup sejak ribuan tahun yang silam. Gotong royong sudah menjadi kekuatan yang luar biasa. Kita bisa membangun tanpa uang dengan jalan gotong rotong. Dengan gotong royong semua pekerjaan berat menjadi mudah. Inti gotong royong adalah cinta sesama seolah saudara kita itu adalah diri kita sendiri. Gotong royong itu tenaga pendorongnya adalah keikhlasan. Energi ikhlas sungguh dahsyat jika kita bisa kembangkan pada manusia Indonesia.

Sejak berdiri, hanya dua program utama gafatar yaitu membangun mental spritual untuk mengabdi kepada Tuhan dan berbuat baik terhadap sesama melalui gotong royong. Program ini disosialisasikan ke seluruh Nusantara. Dalam waktu 2 tahun gafatar sdh memiliki 34 DPD di seluruh Nusantara. Dengan ada di sekuruh provinsi gafatar dapat dengan luas menyampaikan visi dan misinya ke seluruh pelosok tanah air. Budaya gotong royong kita gerakkan selama kurun waktu 3 tahun. 

Dengan gotong royong kami gembira bisa ikut bersama membangun bangsa. Kami datang keberbagai pelosok desa dan sudut kota membersihkan kampung dan desa. Tak perduli jika ada masyarakat yang tak mau ikut, kami terus saja gotong royong. Tidak jarang kami membersihkan parit dan halaman rumah seseorang saat yang punya dengan asyik menyeruput kopi sambil baca koran. Kita juga pernah gotong royong di suatu desa dimana masyarakat desa justru pergi ke luar kota.

Namun disaat gencarnya, gerakan gotong royong digerakkan gafatar justru teman-teman gafatar dipidana di Aceh sebagai aliran sesat, terusir di Papua, Bali dan NTB. Semua bukan menyangkut perbuatan tapi menyangkut keyakinan. Masyarakat marah ada keyakinan aneh dan menyimpang dari agama yang ada yaitu Millah Abraham. Pahamnya menggabungkan atau mengoplos paham tiga agama, percaya ada juru selamat, dan tidak mewajibkan ritual.

 

Sekolah Berbasis Rumah

Sekira tahun 2010-2011 kami menghadiri seminar pendidikan homeschooling di Jakarta. Para pembicaranya adalah pakar dan pelaku homeschooling yang sudah tersohor di tingkat Nasional. Satu diantaranya adalah mantan guru bahkan kepala sekolah, yang kemudian mengundurkan diri dan mendirikan homeschooling secara mandiri. Satu lagi adalah orang tua yang mendidik ke tiga anaknya sendiri di rumah dengan berbagai prestasi gemilang.

Para pembicara berbicara seputar dunia pendidikan di Indonesia dan urgensi homeschooling dalam pendidikan anak di tengah keluarga. Simpulannya, ada yang salah dengan sistem pendidikan kita saat ini. Semakin hari, beban anak-anak ke sekolah kelihatan semakin berat. Kita bisa lihat dari jam pelajaran dan buku yang mesti dia bawa. 

Banyak sekolah menawarkan program terpadu, dengan menambah jam belajar hingga sore hari. Jadi, siang hari anak tak perlu pulang ke rumah, cukup istirahat dan makan siang di sekolah. Dengan menambah jam belajar yang sudah disetting sedemikian rupa harapannya anak-anak akan memiliki ilmu yang cukup sebagai bekal bersaing di dunia kerja. Seolah sederhana dan tampak sesuai logika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun