Mohon tunggu...
Mahameru
Mahameru Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gafatar dan 'Orang Bodoh'  yang Mengikutinya

14 Februari 2016   17:55 Diperbarui: 14 Februari 2016   18:44 2988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu juga sebaliknya, semua sahabat gafatar mesti keluar dari daerah masing-masing juga dengan benar, mesti dengan surat pindah. Kita semua masuk dan diterima sesuai dengan mekanisme administrasi kependudukan. Kita masuk sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di daerah setempat. Dimana bumi dipijak, disitu langit di junjung telah kita terapkan di Borneo. Sebelum kita bangun rumah, tetua adat dan tetus kampung melakukan upacara adat terlebih dahulu. Kami mengikuti semua saran dari masyarakat kampung.

Mana ada gerakan makar dimulai dari bertani yang skalanya ribuan hektar. Kalau makar ya sudah kenapa tidak makar saja dari awal? Mengapa mesti pakai kegiatan bakti sosial selama bertahun'tahun? Kalau mau makar mengapa tidak tanamkan saja sikap bermusuhan? Mengapa mesti bersumpah menjadi manusia berbudi pekerti luhur?

Kalau makar, mengapa mesti buat program menjadi petani dengan sepenuh jiwa, membawa semua harta yang dipunya dan meninggalkan semua pekerjaan yang ada? 

Pernahkah kita berfikir, sampai hari ini, setelah 70 tahun merdeka, belum ada program pemerintah mencetak petani baru. Pemerintah baru sebatas punya program mencetak sawah baru. Justru yang terjadi sawah kita berkurang terus setiap tahunnya.

Kalau makar mengapa mesti bercita-cita selama 7 tahun menjadikan Borneo sebagai Lumbung Pangan Dunia? Sudah kami jelaskan sebelumnya, bahwa semua program yang kita kerjakan jelas arah dan waktunya serta fokus untuk mencapainya. Program kedaulatan pangan di Borneo bertujuan menjadikan Borneo khususnya dan Nusantara umumnya sebagai lumbung pangan dunia dalam kurun waktu 7 tahun. Mungkin ini cita-cita keterlaluan. Namun semua yakin, dengan fokus dan bersabar serta ikhlas kami pasti bisa mewujudkannya. Belum ada kan petani kerja dari subuh sampai malam hari? Dari Borneo kami memulainya.

Kalau makar, mengapa mesti bersumpah tidak akan memiliki Tanah Borneo sejengkalpun? Kalau makar, mengapa bersumpah kembali lagi ke tempat asal, ke kampung halaman? Ini bukan perbuatan biasa, kami yakin perbuatan ini sesuai kehendak tuhan, perbuatan mulia sebagai contoh bagi yang lainnya. 

Melihat konsepnya, saya belum pernah menemukannya dalam perjalanan hidup saya selama ini. Sebahagian tanah garapan benar kami membelinya. Namun kami tidak berkehendak memilikinya. Ada saatnya kami akan pulangkan pada masyarakat Borneo. Borneo adalah media latih bagi kita semua menjadi manusia sejati.

Kalau makar, mengapa mesti Berkomitmen membagi 50% hasil panen kepada masyarakat. Aneh sungguh aneh, kami sudah membuka dan menanam ratusan hektar sawah dari lahan tidur yang ada di Borneo. Kepada kepala desa dan masyarakat kami tegaskan bahwa 50% hasil panen kami serahkan kepada masyarakat desa. Kepala desalah yang kami titipkan untuk membaginya. Itulah pernyataan yang kami sampaikan saat pembentukan Kelompok Tani.

Kita semua meyakini bahwa segala sesuatu berlangsung secara alamiah dan ilmiah, tidak terkecuali pada kekuasaan. Untuk berkuasa tak perlu makar, tak perlu merebut kekuasaan apalagi melakukan teror. Kekuasaan milik Tuhan, Dia yang memberikan kekuasaan pada orang yang Dia kehendaki. Siapa yang menjalankan perintah Tuhan dia akan ditempatkan sebagai kepala tidak sebagai ekor. 

Begitulah keyakinan yang kita imani. Segala sesuatu terjadi atas kehendak Tuhan. Berbuat baik, berkarakter luhur, mengabdi sepenuhnya di jalan Tuhan itu saja yang kita lakukan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun