Mohon tunggu...
Mahameru
Mahameru Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gafatar dan 'Orang Bodoh'  yang Mengikutinya

14 Februari 2016   17:55 Diperbarui: 14 Februari 2016   18:44 2988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Catatan Kesaksian Dari Penampungan)

Oleh: Mahameru

Luar biasa, kami tak menyangka kata seorang pengamat, "mengapa ada orang pintar sampai bisa dibodohi ikut Gafatar?" Mengapa ada orang mapan sampai bisa terikut Gafatar? Aneh sudah mapan, kok mau mengorban kan segalanya untuk yang tak jelas. Luar biasa, mengapa zaman sudah se modern ini masih saja ada orang yang bisa tertipu?

Apa sebetulnya, yang menyebabkan mereka ikut? Apa yang telah menyihir mereka? Sosiolog UI Paulus Wirutomo, mengatakan ada proses cuci otak yang telah dilakukan terhadap pengikut Gafatar. Dia menyarankan agar pemerintah melakukan penelitian yang serius, bagaimana proses cuci otak terjadi di Gafatar.

Persepsi Orang Luar

Selaku orang 'dalam' saya memahami jika banyak masyarakat berpendapat sinis dan mencibir posisi kami saat ini. Orang luar, tentu memperoleh informasi dan kesan dari kenyataan sebatas pandangan semata. Informasi media pasti lebih banyak membentuk persepsi yang muncul saat ini. Pandangan miring dan sinis seperti itu kami terima. Sudah mahfum kita hidup dalam zaman modern yang digerakkan oleh kepentingan mereka yang 'berpunya'.

Mungkin saja ini ada baiknya. Semua peristiwa pasti punya makna baik yang tersurat maupun yang tersirat. Mungkin juga ini saatnya kami memberi penjelasan yang terbuka terkait dengan substansi apa yang kami bawa. Gerakan apa sebetulnya gafatar? Sosial-budaya, politik or militer? Bagaimana 6 fase perjuangan yang ada dalam gafatar?

Alarm Bahaya

Selama tiga tahun (2012-2015), sebetulnya kita semua fokus pada program sosialisasi. Inilah saat dimana kita menyampaikan 'bacaan' tentang situasi dan kondisi kehidupan bangsa-bangsa dan dunia saat ini. Sosialisasi ini penting dan ilmiah. Bukankah nyamuk saja memberi kabar sebelum bertindak menyengat?

Mengenai bacaan situasi dunia, mungkin hampir tidak ada beda dengan pendapat pakar atau masyarakat lainnya. Dunia diambang kehancuran yang parah, demikian simpulannya. Indikatornya dua, kerusakan alam secara fisik dan kerusakan mental-moral manusia secara psikis. Banyak sudah forum internasional dan pertemuan kepala negara dunia yang membicarakan krisis bumi saat ini sudah sungguh-sungguh berat.

Kondisinya sudah sangat parah, hampir tak ada jalan keluar dari masalah tersebut. Ibarat rumah, sudah lapuk dan sudah rubuh. Tak ada lagi perbaikan (rehab) yang bisa kita lakukan. Ada bahkan yang mengatakan ini zaman zahiliyah modern, zaman edan, zaman kegelapan,  zaman dimana manusia tak mengenal Tuhan. Zaman kegelapan yang dulu hadir pada era sebelum era nabi dan rasul muncul kini terulang kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun