Mohon tunggu...
latifia isnari
latifia isnari Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Perempuan yang berambisi besar tuk menggapai impian ditengah-tengah keterbatasan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hanya Sahabat?

10 Oktober 2024   11:13 Diperbarui: 10 Oktober 2024   11:24 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber:pixabay.com)

"Kamu nggak percaya aku sungguh-sungguh mengungkapkannya? Ka-kamu berpikir ini bercanda? Aku udah gugup setengah mati buat ngungkapin perasaanku selama ini, Ra. Aku mau jadi-."

"Kenapa harus aku?" Perkataan Raigan terpotong oleh pertanyaan Indira.

"Rasanya nggak benar kamu bisa mencintaiku. Kita nggak terlalu dekat dan aku rasa Faria lebih baik. Kenapa harus aku, Raigan? Kamu udah kenal Faria sejak kecil, kalian selalu bersama dalam berbagai hal, kalian sudah terbiasa menghabiskan waktu bersama. Kenapa bukan Faria? Apa kamu tahu bagaimana perasaan Faria sebenarnya ke kamu?"

"Tahu," Raigan membalas cepat. Lagi-lagi Indira membelalakkan mata. 

"Ka-kalau tahu, kenapa kamu ngungkapin perasaan kamu ke aku? Dan bagaimana bisa kamu memiliki perasaan itu ke aku padahal kamu tau Faria mencintaimu?" timpal Indira dengan bibir yang bergetar dan mata yang berkaca-kaca. Napasnya pun semakin naik turun tidak karuan. 

"Ra ...," panggil Raigan dengan lembut. 

"Aku memang udah terbiasa bersama Faria, tapi, kalau hatiku berpihaknya ke kamu, aku bisa apa, Ra? Aku nggak bisa menyangkal kalau aku punya perasaan ke kamu bukan sekedar teman aja."

"Pertama kita kenal di kelas 1 SMA, aku tertarik dengan kamu. Aku selalu penasaran tentang kamu. Aku pikir itu cuma rasa penasaran sesaat, tapi, seiring berjalannya waktu rasa penasaran itu berubah jadi perasaan yang dalam. Aku simpan perasaanku ke kamu selama ini karena aku bingung bagaimana cara mengungkapkannya apalagi ketika aku tahu Faria juga mencintaiku dari buku harian dia di hari kelulusan SMA. Kamu tahu gimana bingungnya aku waktu itu? Sahabatku sendiri mencintaiku, tapi, aku juga tidak bisa mengabaikan perasaanku ke kamu, Ra. Hingga pada akhirnya aku membuat keputusan untuk mengungkapkan bagaimana perasaanku ke kamu karena aku tahu kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku. Aku juga nggak mau persahabatanku hancur, tapi, rasanya semakin sakit kalah perasaan ini semakin aku pendam sendiri."

Tetesan cairan bening berhasil keluar dari kedua mata Indira yang sedari tadi berusaha ia bendung. Bibirnya keluh untuk berucap. Apalagi ia mendapati fakta bahwa Raigan mengetahui bagaimana perasaannya kepadanya. Bagaimana bisa? 

"A-aku harus bagaimana? Ini benar-benar membuatku bingung. Kenapa harus ada cinta di antara kita? Aku juga nggak mau kehilangan sahabat seperti Faria, Raigan." Tangis Indira semakin menjadi, ia menunduk sembari mencengkeram erat ujung cardigan yang dipakainya.

"Jangan pedulikan aku," celetukan Faria membuat Raigan dan Indira menoleh. Raut panik pun terukir jelas di wajah mereka. Namun, Faria malah membalas dengan senyuman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun