"Gan, aku nyusul Faria ke kamat mandi, ya," ujar Indira sembari berdiri dari kursi. Raigan mendongak. Saat Indira hendak melangkahkan kaki, Raigan mencekal tangannya. Indira terkejut dan menoleh kepada Raigan yang sudah berdiri di hadapannya. Tatapan mereka saling bertemu. Jantung mereka pun saling berdegup kencang. Dari pemilik bola mata hitam pekat itu dapat Indira temukan tatapan dalam dan penuh makna di sana.Â
"Indira, aku-."
"Ayo ke kelas," celetuk Faria yang datang dari arah membelakangi Indira. Mendengar suara Faria, Indira melepaskan cekalan tangan Raigan dengan paksa, Raigan pun mundur satu langkah untuk menjaga jarak dengan Indira.Â
Indira membalikkan badan, lalu berucap, "ayo."
Indira merangkul Faria dan berjalan bersama menuju kelas. Sebelum melangkahkan kakinya, Indira sempat melirik Raihan sebentar.Â
Mata kuliah berakhir pada pukul 15.50. Indira memasukkan buku catatannya dengan tergesa dan membuat atensi Faria tertuju padanya.Â
"Buru-buru banget," celetuk Faria yang juga sedang memasukkan buku catatannya.Â
"Jam 4 ada rapat UKM," kata Indira. Faria mengangguk-angguk.Â
"Aku duluan, ya," pamit Indira.Â
"Iya."
Indira yang keluar kelas dengan berlari kecil membuat Faria geleng-geleng. Saat ia hendak melangkahkan kaki untuk meninggalkan kelas, sepatunya menginjak selembar kertas yang tergeletak di lantai. Indira mengambil lembaran kertas itu karena penasaran. Di bagian atas kertas itu terdapat tulisan "Coretan Indira". Faria mengerutkan kening, ia penasaran dengan isi tulisan itu.Â