Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemilik Wajah Rupawan Mencintai Indonesia

17 Agustus 2018   05:58 Diperbarui: 17 Agustus 2018   06:30 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Damai rasanya mendengar keceriaan mereka. Beban berat di hati Calvin perlahan terurai.

"Calvin, kamu sudah di airport ya? Aduh, coba aja kamu bolehin kami jemput kamu di sana. Kita kan lebih cepat ketemu." Calisa sedikit merajuk. Perempuan gorgeous keturunan Sunda-Minang-Inggris itu mengeluarkan puppy eyes-nya.

"Aku akan segera ke sana, Calisa. Wait..." balas Calvin sabar.

"Ok. Kami tetap tunggu kok. Sampai kamu datang." Kali ini pria bertubuh langsing dengan dagu lancip yang menyahuti. Albert namanya. Pria setengah bule, karena dalam darahnya mengalir campuran darah Jawa-Jerman-Skotlandia.

"Take care, Calvin." Julia-gadis yang juga blasteran Sunda, Jawa, Belanda di samping Albert-berkata penuh perhatian.

Sepasang sepupu bermata biru pucat itu sejak tadi lebih banyak diam. Lebih banyak memperhatikan sambil tersenyum. Namun, justru merekalah yang paling dirindukan Calvin.

**    

Alphard hitam itu meluncur cepat menuruni lereng bukit. Sebelum menemui sahabat-sahabatnya, ada beberapa hal yang harus dia lakukan. Ia ingin bertemu tujuh sahabatnya dengan hati tenang.

Kemacetan menyambutnya di bawah bukit. Ah, ini membosankan. Hanya menghambat perjalanannya. Mengetukkan jari ke dashboard, pria tampan berjas hitam itu berpikir. Semenit. Tiga menit. Lima menit. Ia teringat sesuatu. Bukankah ini Hari Jumat? Saatnya berbagi, tak boleh dilewatkan.

Ia memutuskan putar balik. Kalau ingin berbagi, bukan di sini tempatnya. Ada jalan alternatif.

Calvin menepikan mobilnya di sebuah resto. Dibelinya dua puluh porsi makanan dan minuman. Ia membagi-bagikan makanan itu untuk penyapu jalan, penarik becak, penjaga rumah ibadah, tunawisma, dan beberapa anak jalanan. Langsung saja aksi Calvin menarik perhatian banyak orang. Pria berwajah oriental yang sangat tampan, memakai jas mahal, berbagi makanan di jalan raya. Sebuah aksi memesona yang mencuri hati banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun