Tuan Calvin mengelus kepala Reinhart. Memeluk pundaknya lembut. "Yang penting bukan Rein yang curang. Biarkan saja, Sayang. Jangan dibalas. Tetaplah bermain dengan jujur."
"Iya Pap...sorry, Om Calvin."
Mungkinkah ada maksud lain di balik ketidaksengajaan itu? Inginkah Reinhart memanggil Tuan Calvin dengan sebutan Papi?
"Dalam melakukan apa pun, kita harus jujur. Tidak boleh curang. Kecurangan itu tidak baik. Rein paham, kan?"
"Paham."
"Good."
Interaksi yang dekat dan penuh kehangatan. Dari celah pintu ruang santai di lantai atas, Wahyu lekat memperhatikannya. Nyonya Lola ada di sampingnya. Clara menarik lembut ujung gaun Nyonya Lola. Merajuk, ingin ikut masuk ke sana. Ia khawatir pada Reinhart. Namun Nyonya Lola melarangnya. Mereka  memberikan privasi bagi Reinhart dan Tuan Calvin.
Wahyu sedih melihatnya. Reinhart lebih dekat pada Tuan Calvin. Ia mulai menyalahkan dirinya sendiri.
"Semua salahku. Harusnya aku meluangkan lebih banyak waktu untuk Rein."
"Bukan salahmu, Wahyu. Kamu sibuk bekerja juga untuk Rein, kan? Rein dekat dengan Calvin karena Calvin punya lebih banyak waktu." Nyonya Lola menghiburnya.
Ya, Calvin punya lebih banyak waktu. Waktu sangatlah berharga. Tak bisa diputar ulang, direkayasa, apa lagi dikembalikan. Selama ini, Wahyu kehilangan waktu dengan Reinhart. Ia harus membayar mahal semuanya.